Rabu, 26 Mei 2010

Bahan kuliah MPIAN



PARADIGMA ILMU ADM. PUBLIK


PARADIGMA I
DIKOTOMI POLITIK–ADMINISTRASI (1900-1926)
LOKUS : BIROKRASI PEMERINTAHAN
TOKOH : FRANK J. GOODNOW, LEONARD D. WHITE

PARADIGMA II
PRINSIP-PRINSIP ADMINISTRASI (1927-1937)
FOKUS : KEAHLIAN DLM BENTUK PRINSIP-PRINSIP ADMI NISTRASI ( POSDCORB)
TOKOH : W.F. WLLOUGHBY ; HENRY FAYOL ; LUTHER H. GULICK & LYNDALL URWICK

PARADIGMA III
ADM. PUBLIK SEBAGAI ILMU POLITIK (1950-1970)
LOKUS : BIROKRASI PEMERINTAHAN
TOKOH : PAUL APLEBY

PARADIMA IV
ADM.PUBLIK SEBAGAI ILMU ADMINISTRASI
(1956-1970)
FOKUS : ORGANISASI DAN MANAJEMEN
TOKOH : KEITH M. HENDERSON; JAMES G. MARCH; RICHARD CYERT.

PARADIGMA V
ADM. PUBLIK SEBAGAI ADM. PUBLIK (1970-?)
LOKUS : BIROKRASI PEMERINTAHAN
FOKUS : ORGANISASI ; MANAJEMEN; KEBIJAKAN PUBLIK
TOKOH : HERBERT SIMON




KONSEP/DEFINISI PARADIGMA

1. THOMAS KHUN
Paradigma adalah keseluruhan susunan kepercayaan, nilai-nilai, serta teknik-teknik yang sama dipakai oleh anggota komunitas ilmuwan tertentu

2. ROBERT FRIEDRICHS
Paradigma adalah suatu pandangan mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan (subject matter) yang semestinya dipelajarinya.

3. GEORGE RITZER
Paradigma adalah pandangan yang mendasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan (dicipline).


Jadi dapat dikatakan bahwa Paradigma adalah sesuatu yang menjadi pokok persoalan dalam suatu cabang ilmu menurut versi ilmuwan tertentu.



MENGAPA TERJADI PERBEDAAN PARADIGMA?

Menurut George Ritzer ada 3 faktor penyebab :

a. Karena dari semula pandangan filsafat yang mendasari ilmuwan tentang apa yang mestinya menjadi substansi dari cabang ilmu yang dipelajarinya berbeda.

b. Sebagai konskuensi logis dari pandangan filsafat yang berbeda itu maka teori-teori yang dibangun dan dikembangkan oleh masing-masing komunitas ilmuwan itu berbeda.

c. Metode yang dipergunakan untuk memahami substansi ilmu itu juga berbeda diantara komunitas ilmuwan.



RUANG LINGKUP KAJIAN ADM. PUBLIK

BERDASARKAN PARADIGMA V YAKNI ADM. PUBLIK SEBAGAI ADM. PUBLIK DENGAN LOKUS BIROKRASI PEMERINTAHAN DAN FOKUS KAJIAN : ORGANISASI, MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PUBLIK MAKA RUANG LINGKUP KAJIAN ILMU ADM.PUBLIK ADALAH :

1.ORGANISASI YANG MELIPUTI :
a. Struktur Organisasi
b. Interaksi Manusia / Perilaku Organisasi
c. Komunikasi
d. Kepemimpinan
e. Program Kerja
f. Dll.

2.MANAJEMEN YANG MELIPUTI :
 Fungsi Manajemen (POAC/POSDCORB)
 Sumber Manajemen (4M-6M)

3.KEBIJAKAN PUBLIK YANG MELIPUTI :
 Formulasi / Analisis Kebijakan Publik
 Implementasi Kebijakan Publik
 Evaluasi Kebijakan Publik



B E D A ANTARA

NO. ADMINISTRASI NEGARA ADMINISTRASI NIAGA

1. Bertujuan memberikan pelayanan yg baik kepada masyarakat (public service) Bertujuan memperoleh keuntungan maksimal (profit motive)
2. Dilaksanakan berdasarkan peraturan yang berlaku Dilaksanakan dg kebijakan yg bersifat menguntungkan ( tidak selalu terikat dg ketentuan)
3. Mengutamakan kebenaran sesuai prosedur yg telah ditentukan Mengutamakan hasil yang dicapai ( tidak selalu terikat pada prosedur )
4. Bersifat monopolistic karena sifatnya mengutamakan kepentingan umum ( No competition) Bersifat persaingan bebas ( free competition )
5. Ditujukan bagi kepentingan kesejahteraan rakyat ( social welfare ) Ditujukan bagi kepentingan kesejahteraan individu / kelompok




PERBEDAAN ANTARA METODE PENELITIAN
KUALITATIF DENGAN KUANTITATIF

METODE KUALITATIF METODE KUANTITATIF
A. DISAIN
• Umum
• Fleksibel B. DISAIN
• Spesifik, jelas dan rinci
• Mantap sejak awal
C. TUJUAN
• Memperoleh pemahaman, makna
• Mengembangkan teori
• Menggambarkan realitas yang kompleks
• Menemukan pola hub yg bersifat interaktif D. TUJUAN
• Menunjukkan hubungan variable
• Mencari perbedaan kondisi variabel
• Menguji teori
• Mencari generalisasi
E. TEKNIK PENGUMP. DATA
• Wawancara, observasi
• Dokumentasi
• Triangulasi F. TEKNIK PENGUMP. DATA
• Penyebaran Angket
• Dokumentasi
• Wawancara (jika diperlukan)
G. INSTRUMEN PENEL
• Peneliti sendiri/Pedoman wawancara
• Tape recorder, Kamera, Catatan H. INSTRUMEN PENEL
• Angket
• Alat pencatat
I. DATA
• Deskriptif
• Dokumen, ucapan responden J. DATA
• Kuantitatif
• Hasil pengukuran variable
K. SAMPEL
• Kecil, Non random
• Tidak harus representatif L. SAMPEL
• Besar, Random, ditentukan sejak awal.
• Representatif
M. ANALISIS
• Induktif, mencari pola N. ANALISIS
• Deduktif, menguji hipotesis
O. HUB. DG. RESPONDEN
• Empati, akrab
• Jangka lama P. HUB. DG. RESPONDEN
• Sering tanpa kontak langsung
• Jangka pendek
Q. KAPAN PENELITIAN DIANGGAP SELESAI
Setelah tidak ada data yang baru / sudah jenuh R. KAPAN PENELITIAN DIANGGAP SELESAI
Setelah semua data yang direncanakan dapat terkumpul.
S. KEPERCAYAAN THD HASIL PENELITIAN
Pengujian kredibilitas, dependabilitas, proses dan hasil penelitian T. KEPERCAYAAN THD HASIL PENELITIAN
Pengujian validitas dan reliabelitas instrumen penelitian


A. TIPE INFORMASI YANG LEBIH SESUAI DIPECAH KAN MELALUI PENELITIAN KUALITATIF

1. MEMAHAMI MAKNA YANG MENDASARI TINGKAH LAKU PARTISIPAN.

2. UNTUK MENDESKRIPSIKAN LATAR DAN INTERAKSI YANG KOMPLEKS DARI PARTISIPAN.

3. EKSPLORASI UNTUK MENGIDENTIFIKASI TIPE-TIPE INFORMASI BARU YANG HENDAK DIKUMPULKAN.

4. UNTUK MEMAHAMI KEADAAN YANG TERBATAS JUMLAHNYA, DENGAN FOKUS YANG MENDALAM DAN RINCI.

5. UNTUK MENDESKRIPSIKAN FENOMENA GUNA MELAHIRKAN SESUATU TEORI.

6. MEMPERSOALKAN VARIABEL-VARIABEL MENURUT PANDANGAN DAN DEFINISI PARTISIPAN.

7. MENGHENDAKI DESKRIPSI DAN KONKLUSI YANG KAYA TENTANG KONTEKS.

8. MENGHENDAKI TERFOKUS PADA INTERAKSI MANUSIA DAN PROSES-PROSES YANG MEREKA GUNAKAN.



B. TIPE-TIPE INFORMASI YANG LEBIH SESUAI DIPECAH-KAN MELALUI PENELITIAN KUANTI-TATIF

1. UNTUK MENGETAHUI TINGKAH LAKU YANG TEROBSERVASI.

2. UNTUK MENSENTESIS DAN MENGIKHTI SARKAN MANA VARIABEL TERPENTING PENGARUHNYA

3. MERINGKAS IKHTISAR-IKHTISAR DARI APA YANG TELAH DIKETAHUI

4. UNTUK MEMAHAMI BANYAK KEADAAN DENGAN FOKUS YANG LUAS

5. UNTUK MENDESKRIPSIKAN FENOMENA DALAM LATAR YANG TERKENDALI GUNA PENGUJIAN TEORI.

6. MEMPERSOALKAN VARIABEL-VARIABEL ME-NURUT PANDANGAN DAN DEFINISI PENELITI.

7. MENGHENDAKI GENERALISASI YANG BEBAS KONTEKS

8. MENGHENDAKI TERFOKUS PADA PRODUK DAN HASIL YANG DIPEROLEH.

ANATOMI PENELITIAN KUALITATIF

1. JUDUL
2. MASALAH PENELITIAN
• Latar Belakang Masalah
• Ruang Lingkup Masalah *
• Perumusan Masalah
3.TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
4. TINJAUAN PUSTAKA *
5. HIPOTESIS (Jika perlu) *
6. METODE PENELITIAN
a. Jenis Penelitian
b. Lokasi Penelitian
c. Sumber Data *
d. Teknik Pengumpulan Data
e. Alat Pengumpul Data
f. Teknik Analisis Data

7. GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
8. HASIL PENELITIAN
• Deskripsi Aspek/fokus Penelitian sekaligus pembahasan
• Pengujian Hipotesis (Jika perlu) *
• Kesimpulan dan Saran

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN



ANATOMI PENELITIAN KUANTITATIF


1. JUDUL
2. MASALAH PENELITIAN
• Latar Belakang Masalah
• Pembatasan Masalah (Pembatasan Variabel Penel) *
• Perumusan Masalah
3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. TINJAUAN PUSTAKA / KERANGKA TEORI *
2. HIPOTESIS *
3. METODE PENELITIAN
a. Jenis Penelitian
b. Lokasi Penelitian
c. Populasi dan Sampel *
d. Teknik Pengumpulan Data
e. Alat Pengumpul Data
f. Teknik Analisis Data
4. GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
5. HASIL PENELITIAN
• Deskripsi Variabel Penelitian
• Pengujian Hipotesis *
• Pembahasan

6. KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN



MASALAH PENELITIAN

A.KONSEP
• Masalah adalah kondisi adanya perbedaan antara yang seharusnya (das sollen) dengan kenyataan yang terjadi das sein).
• Masalah adalah kondisi adanya kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan realita (apa yang terjadi)
• Masalah adalah kondisi adanya gap antara teori, norma, aturan, harapan dengan praktek, empiris atau realita yang terjadi.
B. SUMBER MASALAH PENELITIAN
• SUMBER TEORITIK : Masalah penelitian dapat diperoleh dari telaah buku-buku teks. Masalah yang bersumber dari telaah buku (teoritik) akan banyak memberikan sumbangan dalam memperkaya dan memperluas khasanah ilmu pengetahuan.
• SUMBER
• EMPIRIK : Masalah penelitian dapat diperoleh dari hasil pengamatan atau pengalaman yang terjadi di lapangan. Pengamatan dan pengalaman ini bisa berasal dari hasil penelitian terdahulu, laporan-laporan maupun dokumen-dokumen resmi yang tersedia (BPS, Instansi pemerintah, maupun lembaga yang lain).)
• SUMBER YANG LAIN (Para ahli atau Policy maker) : Selain dua sumber di atas masalah penelitian dapat diperoleh dari para ahli maupun para policy maker. Para karena memiliki wawasan yang luas maka tidak jarang mereka mengungkapkan berbagai masalah penelitian yang berbobot dan perlu dicarikan solusinya dengan suatu penelitian. Selain itu para policy maker juga sering mengungkapkan berbagai masalah yang dihadapi berkaitan dengan tugas dan tanggungjawabnya. Masalah tersebut perlu dipecahkan melalui suatu penelitian guna menentukan kebijakan secara tepat.
C. KRITERIA MASALAH YANG LAYAK UNTUK DITELITI :
• Dapat dipecahkan dengan penelitian empirik (tersedia data)
• Merupakan masalah kritis yang perlu segera dipecahkan.
• Menarik dan menjadi focus perhatian masayrakat
• Memiliki nilai teorits dan praktis.
• Tidak berkenaan dengan hal-hal yang berkaitan dengan etika, moral dan nilai keyakinan.

B. LATAR BELAKANG MASALAH
• Urgensi focus kajian penelitian : Di sini peneliti harus dapat meyakinkan orang lain bahwa focus yang diajukan itu memang betul-betul urgen untuk dipecahkan. Jika berhasil dipecahkan akan membawa dampak positif bagi kehidupan masyarakat dan sebaliknya.
• Data pendukung -------- Fenomena /gejala

C. RUANG LINGKUP / PEMBATASAN MASALAH
• Mengidenfikasi semua focus kajian penelitian atau semua variable yang terkait dengan masalah penelitian.
• Membatasi focus kajian atau variable penelitian

D. PERUMUSAN MASALAH
• Perumusan masalah harus dalam bentuk kalimat yang jelas dan tegas serta tidak menimbulkan perbedaan penafsiran.
• Perumusan masalah boleh dalam bentuk pernyataan (statement)
• Perumusan masalah boleh dalam bentuk pertanyaan (question)
• Tetapi secara metodologis dianjurkan dalam bentuk question guna memperjelas arah penelitian.
• Bentuk (jenis) masalah bisa diskriptif, komparatif maupun korelasional.
• Masalah diskriptif adalah suatu permasalahan penelitian yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variable mandiri,baik pada satu variable atau lebih. Contoh : Seberapa baik tingkat efektivitas implementasi program KB di Kecamatan Pontianak Timur?
• Masalah komparatif adalah permasalahan penelitian yang bersifat membandingkan keberadaan satu variable atau lebih pada dua atau lebih sampel (kelompok) yang berbeda. Contoh : Adakah perbedaan tingkat efektivitas implementasi program JPS Bidkes di Kecamatan A dan B?
• Masalah korelasional adalah permasalahan penelitian yang berusaha mencari hubungan atau pengaruh dua variable atau lebih. Contoh : Apakah ada hubungan / pengaruh Komunikasi, Kondisi sosek dan Struktur birokrasi terhadap Efektivitas Implementasi Program IDT di Kabupaten Sanggau.



ALUR PEMIKIRAN PERUMUSAN JUDUL


CONTOH TEORI

TEORI PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI

Hidayat dan Sucherly menjelaskan bahwa ada 7 faktor yang dianggap sebagai factor penjelas terhadap produktivitas kerja pegawai yakni :
 Fasilitas kerja
 Teknologi
 Praktek Manajemen
 Gaya kepemimpinan
 Ketrampilan
 Motivasi kerja
 Lingkungan kerja

TEORI DISIPLIN KERJA PEGAWAI

Suharsono Sagir mengungkapkan bahwa factor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat disiplin kerja pegawai adalah :
 Kepemimpinan
 Pengawasan
 Rasa aman
 Balas jasa
 Penghargaan
 Lingkungan kerja
 Hubungan antar pegawai

TEORI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK

Van Matter dan Van Horn mengidentifikasi 6 faktor atau variable yang dapat mempengaruhi efektivitas implementasi kebijakan yaitu :
 Kejelasan tujuan
 Komunikasi antar organisasi
 Karakteristik pelaksana
 Resources
 Kondisi social, ekonomi dan politik
 Disposisi pelaksana


KONSEP / DEFINISI VARIABEL DAN INDIKATOR

A. PRODUKTIVITAS KERJA
Produktivitas kerja adalah rasio antara kepuasan yang diperoleh dengan usaha yang dilakukan dengan indicator :
1. Efektivitas
2. Efisiensi
3. Kualitas hasil


B. DISIPLIN KERJA
Disiplin kerja adalah ketaatan atau kepatuhan pegawai pada aturan-aturan, norma-norma, instruksi-instruksi dan lain-lain yang dinyatakan berlaku bagi yang bersangkutan dengan indicator :
1. Datang dan pulang kator tepat waktu
2. Menggunakan pelatan kantor dengan hati-hati
3. Berpakaian rapi sesuai ketentuan
4. Bersemangat tinggi dalam bekerja
5. Mematuhi semua aturan yang berlaku


C. EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
Efektivitas Implementasi kebijakan adalah tingkat pencapaian hasil yang diharapkan dari pelaksanaan suatu kebijakan dengan indicator :
1. Kelancaran pelaksanaan kebijakan
2. Pencapaian tujuan


METODE PENELITIAN

A.JENIS PENELITIAN

 Jenis penelitian dalam bidang ilmu social memang beraneka ragam, tergantung dari sudut pandang yang digunakan sebagai dasar untuk menggolongkannya.
 Jenis penelitian yang sering digunakan dalam penelitian Administrasi Negara antara lain adalah :

JENIS PENELITIAN
TUJUAN PENDEKATAN TINGKAT EKSPLANASI
1.MURNI
2.TERAPAN 1.SURVEY
2.EXPOST FACTO
3.EKSPERIMEN 1.DISKRIPTIF
2.KOMPARATIF
3.KORELASIONAL

PENELITIAN MURNI (DASAR)
 Penelitian Murni (Dasar) bertujuan untuk mengembangkan teori dan tidak memperhatikan kegunaan yang bersifat praktis.
 Penelitian murni berkenaan dengan penemuan prinsip-prinsip atau pengetahuan baru.
 Penelitian Dasar pada umumnya dilakukan pada laboratorium yang kondisinya terkontrol secara ketat.

PENELITIAN TERAPAN
 Penelitian Terapan dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji, dan mengevaluasi kemampuan suatu teori dengan diterapkan dalam memecahkan masalah-masalah praktis.
 Penelitian terapan berkenaan dengan penggunaan prinsip-prinsip atau pengetahuan ilmiah yang telah ada untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan praktis.

PENELITIAN SURVEY
 Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar / kecil dengan mempelajari data yang diperoleh dari sampel.
 Penelitian survey ini pada umumnya untuk memperoleh generalisasi dari hasil kajian sampel.
PENELITIAN EXPOST FACTO
 Penelitian expost facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang melalui data guna menemukan factor-faktor yang yang menentukan sebab-sebab terjadinya peristiwa yang diteliti.

PENELITIAN EKSPERIMEN
 Penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variable tertentu terhadap variable yang lain dalam kondisiyang terkontrol secara ketat.
 Penelitian eksperimen ini dapat dibedakan antara penelitian eksperimen murni (pure experiment) penelitian eksperimen semu (quasi experiment).
 Perbedaan tersebut terletak pada kemampuan peneliti dalam mengontrol variable penelitian.

PENELITIAN DISKRIPTIF
 Penelitian diskriptif pada umumnya dilakukan untuk menggambarkan secara jelas dan akurat kondisi suatu variable secara mandiri
 Penelitian diskriptif tidak membuat perbandingan atau menghubungkan variable yang satu dengan variable yang lain.

PENELITIAN KOMPARATIF
 Penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan variable penelitian.
 Dalam penelitian komparatif variabel masih mandiri tetapi sampel lebih dari satu kelompok.

PENELITIAN KORELASIONAL
 Pada penelitian korelasional ini minimal ada dua variable yang ingin dikorelasikan (dihubungkan).
 Penelitian korelasional ini berusaha untuk mencari hubungan antara variable yang satu dengan variable lainnya.

B.LOKASI PENELITIAN
• Berikan alasan pemilihan lokasi baik alasan metodologis maupun alasan praktis.
• Alasan metodologis adalah alasan yang didasarkan adanya masalah krusial di lokasi yang perlu segera dicarikan solusinya. Sementara alasan praktis dikaitkan dengan alasan yang bersifat subyektif demi kelancaran pelaksanaan penelitian.

C. SUMBER DATA / POPULASI DAN SAMPEL
• Sumber data lazimnya digunakan dalam penelitian kualitatif dengan penentuan informan secara non probabilitas. Jumlah informan disesuaikan dengan keperluan dengan prinsip ketercakupan informasi. Artinya jumlah informan dianggap cukup jika semua informasi yang diperlukan telah dapat diperoleh secara optimal.
• Populasi dan Sampel lazimnya digunakan dalam penelitian kuantitatif. Sampel ditentukan secara probabilitas dengan prinsip representatif. Jumlah sampel minimal ditetapkan dengan rumus-rumus statistik atau table sampel dari Krejcie.

D.TEKNIK PENGUMPULAN DATA
• WAWANCARA ---- Wawancara bebas dan mendalam --- wawancara terstruktur.
• PENYEBARAN QUESTIONER ----- Questioner bersifat tertutup.
• OBSERVASI ------ partisipan atau non partisipan
• DOKUMENTASI ----- data sekunder atau dokumen-dokumen
• Teknik pengumpulan data ini dipilih sesuai keperluan bisa salah satu atau gabungan dari beberapa teknik.


INSTRUMEN PENELITIAN
A. SUMBER DATA
B. TEKNIK / METODE PENGUMPULAN DATA
C. INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
D. MENYUSUN INSTRUMEN PENELITIAN


OBSERVASI
Observasi (pengamatan) merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan cara menggunakan indera khususnya indera penglihatan.
Observasi ini merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang penting krn observasi memiliki keunggulan yang tak dimiliki oleh teknik wawancara.

a.OBYEK OBSERVASI
Yang menjadi obyek observasi dalam suatu penelitian pada umumnya adalah situasi social yang meliputi :
1. Lokasi/fisik tempat situasi social itu berlangsung
9. Pelaku/aktor yang menduduki status/posisi tertentu dan memainkan peranan.
10. Kegiatan / aktivitas para pelaku pada lokasi berlangsungnya situasi social

b.JENIS OBSERVASI
Observasi dalam penelitian dapat dibedakan menjadi
1. Observasi non-partisipan yakni observasi dimana peneliti dalam melakukan pengamatan tidak terlibat secara langsung dalam obyek atau kegiatan yang diobservasi. Artinya peneliti berada di luar obyek observasi.
2. Observasi partisipatif adalah observasi dimana peneliti terlibat secara langsung dalam kegiatan / obyek yang diobservasi. Observasi partisipatif ini meliputi beberapa tingkatan yakni :
• Partisipasi Pasif : Peneliti lebih menonjol sebagai peneliti di suatu situasi social, meskipun kadang-kadang juga ikut serta secara seadanya sebagai pelaku kegiatan sebagaimana layaknya orang dalam.
• Partisipasi Moderat : tampak adanya keseimbangan antara peranan partisipasi dengan peranan observasi.
• Partisipasi Aktif : peneliti tampak melakukan apa yang dilakukan orang dalam pada situasi social, tidak hanya untuk diterima oleh subyek-subyek yang diteliti, tetapi juga untuk lebih menghayati kegiatan-kegiatan para pelaku yang sedang diobservasi.
• Partisipasi Sepenuhnya : peneliti benar-benar bertindak sebagai orang dalam situasi social yang ditelitinya. Biasanya ini hanya bisa dilakukan jika peneliti melakukan penelitian di lingkungan unit kerjanya sendiri.

c.TAHAP OBSERVASI
Dalam penelitian (kualitatif) dikenal ada 3 tahap observasi yaitu
• Observasi Diskriptif : Observasi ini biasanya dilakukan pada tahap eksplorasi umum. Pada tahap ini peneliti berusaha melakukan observasi sebanyak mungkin elemen-elemen dari obyek yang diteliti.
• Observasi Terfokus : Observasi jenis ini dilakukan sebagai kelanjutan observasi diskriptif. Pada tahap ini observasi lebih terfokus terhadap detil atau rincian suatu obyek observasi.
• Observasi Terseleksi : Observasi ini biasanya dilakukan untuk mendapatkan data yang diperlukan secara lebih mendetil dari obyek penelitian.

DOKUMENTASI

Salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian yang tak pernah dapat ditinggalkan yakni teknik Dokumentasi. Teknik dokumentasi adalah cara pengumpulan data dimana peneliti berusaha memperoleh data / informasi yang diperlukan dengan cara mengumpulkan dokumen atau record yang dapat berupa :
• Dokumen pribadi
• Dokumen resmi (laporan pertanggungjawaban, program kerja, hasil pemeriksaan, keputusan-keputusan atau kebijakan-kebijakan dll.)
• Foto-foto atau gambar.

Lincoln dan Guba menegaskan bahwa data yang berupa dokumen merupakan sumber data yang stabil dan mungkin juga akurat. Dokumen-dokumen tersebut dapat dianalisis secara berulang tanpa mengalami perubahan.

WAWANCARA (INTERVIEW)
Ditinjau dari pelaksanaannya teknik wawancara dapat dibedakan menjadi :
• WAWANCARA BEBAS : Interviewer melakukan wawancara (interview) secara bebas tanpa harus memegang pedoman / item-item pertanyaan. Wawancara jenis ini berlangsung secara santai dan seringkali interviewee (orang yang diwawancara) tidak menyadari bahwa ia sedang diinterview. Dalam wawancara bebas ini pokok-pokok pertanyaan sudah dikuasai sepenuhnya oleh interviewer, sehingga wawancara berlangsung secara lancar dan fleksibel tidak kaku dan membosankan. Salah satu kelemahan wawancara ini adalah memerlukan waktu yang lama dan seringkali arah wawancara tidak terkendali.

• Wawancara Terpimpin : yakni wawancara yang dilakukan oleh interviewer dengan membawa daftar pertanyaan yang disusun secara rinci. Wawancara jenis ini juga dikenal dengan wawancara terstruktur. Disini interviewer membacakan pertanyaan-pertanyaan dan informan diminta untuk menjawabnya secara bebas sesuai dengan pendapat atau pengetahuan mereka. Wawancara ini memang relatif lebih cepat namun sering membosankan.

Wawancara Bebas Terpimpin : wawancara ini merupakan gabungan dari wawancara bebas dengan wawancara terpimpin. Disini interviewer membawa daftar pertanyaan sebagai pedoman atau guide dalam melakukan wawancara. Item pertanyaan tidak selalu ditanyakan secara berurutan kepada interviewee tetapi tergantung perkembangan dalam proses wawancara. Oleh karena itu proses wawancara tetap berlangsung secara fleksibel namun tetap terkendali.

E.ALAT PENGUMPUL DATA
• Pedoman wawancara : Pedoman wawancara ini biasanya dibuat dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan pokok penelitian. Dalam proses wawancara pertanyaan dapat dikembangkan lebih jauh sesuai dengan kondisi di lapangan. Begitu pula dalam menanyakan kepada responden atau informan item pertanyaan tidak harus selalu berurutan, tetapi sesuai dengan proses dialog di lapangan. Hal ini agar proses wawancara tidak terasa kaku.

• Quistioner atau angket : Quistioner atau angket ini biasanya digunakan digunakan dalam penelitian kuantitatif (walaupun tidak mutlak). Angket ini biasanya disusun dalam bentuk tertutup (semua item pertanyaan disediakan alternatif jawaban) sehingga responden tinggal memilih diantara alternatif jawaban yang dianggap paling tepat.

• Check list, kamera, alat teropong : Alat ini biasanya digunakan untuk melakukan observasi. Check list adalah daftar obyek yang akan diamati di lapangan. Kamera biasanya untuk mengabadikan obyek atau peristiwa yang menjadi focus pengamatan. Begitu pula teropong digunakan untuk mengamati obyek penelitian dari jarak jauh sehingga tidak mengganggu kondisi obyek penelitian.

F.TEKNIK ANALISIS DATA
• Pendekatan kualitatif : perlu dijelaskan langkah yang ditempuh dalam rangka analisis data. Misalnya jika mengacu pada pendapat Miles dan Huberman langkah yang perlu dilakukan adalah reduksi data, penyajian data dan verifikasi data serta penarikan kesimpulan.
• Pendekatan kuantitatif : di sini peneliti perlu menjelaskan teknik statistik apa yang akan digunakan dalam mengolah data dan pengujuan hipotesis.



A. PROBABILITY SAMPLING ADALAH TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL YANG MEMBERIKAN PELUANG YANG SAMA BAGI SETIAP ANGGOTA POPULASI UNTUK DIPILIH MENJADI SAMPEL. TEKNIKSAMPLING INI LAZIMNYA DIGUNAKAN DALAM PENELITIAN KUANTITATIF.

C. NON PROBABILITY SAMPLING ADALAH TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL YANG TIDAK MEMBERI PELUANG / KESEMPATAN YANG SAMA BAGI ANGGOTA POPULASI UNTUK DIPILIH MENJADI SAMPEL. TEKNIK INI LAZIMNYA DIGUNAKAN DALAM PENELITIAN KUALITATIF.

A.SIMPLE RANDOM SAMPLING
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Teknik sampling ini dapat dilakukan jika anggota populasi dianggap homogin.

B.PROPORTIONATE STRATIFIED RANDOM SAMPLING
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota yang tidak homogin dan berstrata secara proporsional. Strata ini bisa dilihat dari jejnjang pendidikan untuk populasi pegawai dari suatu instansi. Jika populasi mahasiswa bisa dilihat pada angkatan/semester dsb. Oleh karena itu jumlah sampel masing-masing strata diambil secara proporsional. Artinya kelompok strata yang besar dalam populasi akan memiliki jumlah yang besar dan sebaliknya.




C.DISPROPORTIONATE STRATIFIED RANDOM SAMPLING
Teknik digunakan untuk menetukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari suatu instansi mempunyai komposisi seperti : 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang lulusan S1, 800 orang lulusan SLTA dan 700 orang lulusan SLTP. Jika kondisi seperti lebih baik untuk lulusan S3 dan S2 diambil semuanya baru untuk lulusan yang lain diambil secara proporsional.

D.CLUSTER / AREA RANDOM SAMPLING
Teknik cluster random sampling ini digunakan untuk menentukan sampel bila populasi terdiri dari beberapa kelompok yang tidak berstrata. Misalnya populasi adalah masyarakat desa yang terdiri dari petani, pedagang, buruh/karyawan, PNS. dsb. Oleh karena itu sampel harus diambil secara proporsional dari masing-masing kelompok dan kemudian dirandom.
Teknik area random sampling digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti berada pada area atau wilayah yang sanga luas. Misalnya penduduk dari suatu Kabupaten yang terdiri dari beberapa Kecamatan dan masing-masing kecamatan terdiri dari beberapa desa/kelurahan. Oleh karena itu di sini pengambilan sampel perlu dilakukan secara bertahap mulai dari Kecamatan yang menjadi sampel, kemudian Desa/kelurahan dan pada akhirnya warga yang menjadi sampel. Ini semua tentunya perlu dilakukan secara saksama agar sampel yang diambil benar-benar representatif.

E.SAMPLING SISTEMATIS
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang teridiri dari 100 orang. Dari semua anggota ini diberi nomor urut yakni dari nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat dipilih dari anggota populasi yang bernomor urut ganjil saja atau genap saja, atau bisa dari anggota populasi dengan kelipatan bilangan tertentu, misalnya kelipatan bilangan 5, (1,5,10,15) dsb.

G.SAMPLING KUOTA
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Sebagai contoh ingin mengetahui pendapat masyarakat terhadap pelayanan pembayaran Pajak kendaraan bermotor. Jumlah yang ditetapka adalah 200 orang. Oleh karena itu pengumpulan sampel harus mencapai 200 orang tersebut. Jika pengumpul data ada 5 orang berarti setiap orang harus mengumpulkan sampel sebanyak orang sampel.

G.SAMPLING INSIDENTAL
Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan. Maksudnya siapa saja yang secara kebetulan / insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel sepanjang yang bersangkutan termasuk dalam populasi penelitian.

H.SAMPLING PURPOSIVE
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yakni subyek penelitian yang dianggap benar-benar memiliki informasi yang diperlukan oleh peneliti. Di sini peneliti menuju pada sasaran yang telah dipertimbangkan secara saksama agar dengan cepat memperoleh informasi yang diperlukan. Tenik ini tidak lazim digunakan dalam penelitian kuantitatif.


I.SAMPLING JENUH
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil yakni kurang dari 30 orang atau peneliti ingin membuat generalisasi dengan tingkat kesalahan yang sangat kecil.

J.SNOWBALL SAMPLING
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlah kecil kemudian membesar. Teknik ini pertama-tama peneliti memilih satu atau dua orang sampel kemudian dari rekomendasi sampel sebelumnya peneliti menelusuri sampel-sampel beriklutnya guna memperoleh dsecara lengkap. Teknik ini memang tidak lazim digunakan dalam penelitian kuantitatif.


MENENTUKAN UKURAN SAMPEL

 Jumlah anggota sampel sering disebut dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi (tanpa ada kesalahan).
 Semakin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya.
 Ada pertanyaan berapa jumlah sampel yang paling tepat digunakan dalam penelitian?
 Jawabannya tergantung dari tingkat ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki. Tingkat ketelitian / kepercayaan yang dikehendaki sering tergantung pada sumber dana, waktu dan tenaga yang tersedia.
 Secara umum dalam penelitian ilmu social tingkat kesalahan yang ditoleransi adalah 5%. Dalam hal-hal tertentu bisa sampai 10%.
 Untuk menentukan ukuran sampel minimal tersebut dalam penelitian kuantitatif (populasi berdistribusi normal) ada beberapa cara yang dapat digunakan yakni :

1. Dengan menggunakan Rumus Statistik (misalnya Rumus Slovin) sebagai berikut :
n= N: (1 + N e2)

n = ukuran sampel
N = jumlah populasi
e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan.

2. Dengan Menggunakan Tabel Sampel yang tersedia
3. Dengan menggunakan Nomogram Herry King
4. Untuk populasi yang sangat homogen maka 3 cara di atas kurang tepat. Sampel untuk populasi yang homogen cukup 1% dari populasi.



POPULASI DAN SAMPEL

 Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

 Populasi bukan hanya jumlah yang ada pada obyek / subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik / sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek tersebut.

 Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakateristik yang dimiliki oleh populasi.

 Apa yang dipelajari dari sampel kesimpulannya akan diberlakukan pada populasi.

 Sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili populasi).

 Jika sampel tidak representatif penarikan kesimpulan dari sampel untuk populasi (generalisasi) ada kemungkinan besar tidak tepat (salah).


JENIS PENELITIAN

 Jenis penelitian dalam bidang ilmu social memang beraneka ragam, tergantung dari sudut pandang yang digunakan sebagai dasar untuk menggolongkannya.
 Jenis penelitian pada pendekatan kuantitatif yang sering digunakan antara lain adalah :


JENIS PENELITIAN
TUJUAN PENDEKATAN TINGKAT EKSPLANASI
1.MURNI
2.TERAPAN 1.SURVEY
2.EXPOST FACTO
3.EKSPERIMEN 1.DISKRIPTIF
2.KOMPARATIF
3.KORELASIONAL

PENELITIAN MURNI (DASAR)
 Penelitian Murni (Dasar) bertujuan untuk mengembangkan teori dan tidak memperhatikan kegunaan yang bersifat praktis.
 Penelitian murni berkenaan dengan penemuan prinsip-prinsip atau pengetahuan baru.
 Penelitian Dasar pada umumnya dilakukan pada laboratorium yang kondisinya terkontrol secara ketat.

PENELITIAN TERAPAN
 Penelitian Terapan dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji, dan mengevaluasi kemampuan suatu teori dengan diterapkan dalam memecahkan masalah-masalah praktis.
 Penelitian terapan berkenaan dengan penggunaan prinsip-prinsip atau pengetahuan ilmiah yang telah ada untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan praktis.

PENELITIAN SURVEY
 Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar / kecil dengan mempelajari data yang diperoleh dari sampel.
 Penelitian survey ini pada umumnya untuk memperoleh generalisasi dari hasil kajian sampel.


PENELITIAN EXPOST FACTO
 Penelitian expost facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang melalui data guna menemukan factor-faktor yang yang menentukan sebab-sebab terjadinya peristiwa yang diteliti.

PENELITIAN EKSPERIMEN
 Penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variable tertentu terhadap variable yang lain dalam kondisiyang terkontrol secara ketat.
 Penelitian eksperimen ini dapat dibedakan antara penelitian eksperimen murni (pure experiment) penelitian eksperimen semu (quasi experiment).
 Perbedaan tersebut terletak pada kemampuan peneliti dalam mengontrol variable penelitian.

PENELITIAN DISKRIPTIF
 Penelitian diskriptif pada umumnya dilakukan untuk menggambarkan secara jelas dan akurat kondisi suatu variable secara mandiri
 Penelitian diskriptif tidak membuat perbandingan atau menghubungkan variable yang satu dengan variable yang lain.

PENELITIAN KOMPARATIF
 Penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan variable penelitian.
 Dalam penelitian komparatif variabel masih mandiri tetapi sampel lebih dari satu kelompok.

PENELITIAN KORELASIONAL
 Pada penelitian korelasional ini minimal ada dua variable yang ingin dikorelasikan (dihubungkan).
 Penelitian korelasional ini berusaha untuk mencari hubungan antara variable yang satu dengan variable lainnya.


UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS ILMU SOSIALDAN ILMUPOLITIK
PROGRAM S1 NON REGULER

UJIAN MID SEMESTER

MATA KULIAH : METODE PENELITIAN ADM. NEGARA
KELAS : NATUNA
DOSEN : DRS. SUGITO, MSI.

SOAL :

BUATLAH PROPOSAL PENELITIAN DALAM BIDANG ADMINISTRASI NEGARA DENGAN ELEMEN-ELEMN PROPOSAL SEBAGAI BERIKUT :

1. JUDUL
2. MASALAH PENELITIAN
1. Latar Belakang Masalah
2. Ruang Lingkup / Pembatasan Masalah
3. Perumusan Masalah
3.TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
4.TINJAUAN PUSTAKA / KERANGKA TEORI
5.HIPOTESIS (Jika perlu)
6.METODE PENELITIAN
a. Jenis Penelitian
b. Lokasi Penelitian
c. Sumber Data / Populasi dan Sampel
d. Teknik Pengumpulan Data
e. Alat Pengumpulan Data
f. Teknik Analisis Data
DAFTAR PUSTAKA

CATATAN :
1. PROPOSAL DIKETIK SESUAI ATURAN PENULISAN KARYA ILMIAH DALAM KERTAS HVS A4 MINIMAL 10 HALAMAN DAN MAKSIMAL 20 HALAMAN.
PROPOSAL DIKUMPULKAN PALING LAMBAT PADA SAAT UJIAN AKHIR.



ANATOMI PROPOSAL PENELITIAN


D. JUDUL
E. MASALAH PENELITIAN
1. Latar Belakang Masalah
2. Ruang Lingkup / Pembatasan Masalah
3. Perumusan Masalah
F. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
G. TINJAUAN PUSTAKA / KERANGKA TEORI
H. HIPOTESIS (jika perlu)
I. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
2. Lokasi Penelitian
3. Sumber Data / Populasi dan Sampel
4. Teknik Pengumpulan Data
5. Alat Pengumpul Data
6. Teknik Analisis Data

DAFTAR PUStaka



DAFTAR PUSTAKA DAN TEKNIK KUTIPAN


• Daftar Pustaka diharapkan terbitan 5 tahun terakhir

• Disusun berdasarkan abjad.

• Nama pengarang ditulis tanpa gelar dan dibalik yakni nama marga (fam) didepan (Panggabean, Tumpak), diikuti tahun terbit, edisi, judul buku (ketik miring), Penerbit, kota.

• Footnote dalam teks hanya ditulis nama marga (fam) atau nama belakang saja dan diikuti tahun dan halaman.

• Kutipan langsung jika jumlahnya 5 baris atau kurang diketik 2 spasi dan langsung masuk dalam teks serta diberi tanda petik.

• Kutipan langsung lebih dari 5 baris diketik satu spasi dan dimulai 3 ketuk dari margin kiri tanpa tanda petik.

• Kutipan tidak langsung (tanpa batas jumlah baris) diketik 2 spasi dan masuk dalam teks tanpa tanda petik.

• Kutipan langsung adalah kutipan tanpa merubah redaksi teks. Teks sesuai dengan aslinya.

• Kutipan tidak langsung adalah kutipan dimana redaksi tidak sesuai dengan aslinya jadi hanya isinya yang diambil.











korupsi dan moral ( tugas filsafat ilmu )

Budi Pekerti yang Tinggi Adalah Rasa Malu Terhadap Diri Sendiri.
( Plato )

Secara umum Budi Pekerti berarti moral dan kelakuan yang baik dalam menjalani kehidupan atau induk induk dari segala etika ,tatakrama, tata susila, perilaku baik dalam pergaulan , pekerjaan dan kehidupan sehari-hari. Pertama-tama budi pekerti ditanamkan oleh orang tua dan keluarga dirumah, kemudian disekolah dan tentu saja oleh masyarakat secara langsung maupun tidak langsung.
Dengan definisi yang teramat gamblang dan sederhana dan tidak muluk-muluk, kita semua dalam menjalani kehidupan ini semestinya dengan mudah dan arif dapat menerima tuntunan budi pekerti. Budi pekerti untuk melakukan hal-hal yang patut, baik dan benar.Kalau kita berbudi pekerti, maka jalan kehidupan kita paling tidak tentu selamat, sehingga kita bisa berkiprah menuju ke kesuksesan hidup, kerukunan antar sesama dan berada dalam koridor perilaku yang baik.
Sebaliknya, kalau kita melanggar prinsip-prinsip budi pekerti, maka kita akan mengalami hal-hal yang tidak nyaman, dari yang sifatnya ringan, seperti tidak disenangi/ dihormati orang lain, sampai yang berat seperti : melakukan pelanggaran hukum sehingga bisa dipidana.
Dengan definisi yang teramat gamblang dan sederhana dan tidak muluk-muluk, kita semua dalam menjalani kehidupan ini semestinya dengan mudah dan arif dapat menerima tuntunan budi pekerti.Budi pekerti untuk melakukan hal-hal yang patut, baik dan benar.Kalau kita berbudi pekerti, maka jalan kehidupan kita paling tidak tentu selamat, sehingga kita bisa berkiprah menuju ke kesuksesan hidup, kerukunan antar sesama dan berada dalam koridor perilaku yang baik. Sebaliknya, kalau kita melanggar prinsip-prinsip budi pekerti, maka kita akan mengalami hal-hal yang tidak nyaman, dari yang sifatnya ringan, seperti tidak disenangi/ dihormati orang lain, sampai yang berat seperti : melakukan pelanggaran hukum sehingga bisa dipidana.

Pada saat ini dimana sendi-sendi kehidupan banyak yang goyah karena terjadinya erosi moral,budi pekerti masih relevan dan perlu direvitalisasi. Salah satu sendi kehidupan yang goyang adalah moral – moral pejabat pemerintah yang selalu sebagian terlinbat dalam tindak pidana KORUPSi .Telah berapa banyak mantan Mentri,Angota Dewan baik pusat maupun daerh, gubernur, bupati,walikota serta pemerintahan desa juga tidak ketinngalan yang teribat dalam tindakan korupsi dikarenanan moral mereka semua sangat hancur.
Telah umum diketahui, persoalan korupsi di Indonesia telah mendarah daging.. Jumlah uang yang dikorupsi pun bervariasi dari jutaan sampai triliunan rupiah. Dampaknya, pelayanan publik kepada rakyat tidak optimal, sebab anggaran yang semestinya digunakan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat, justru masuk di kantong pribadi pejabat. Korupsi Secara harfiah adalah perilaku pejabat publik, baik politikus/politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.

Octariano menjelaskan dalam tulisannya yang berjudul "Menggugat Toleransi Moral dan Budaya Permesif: Topeng Relativisme moral Praktis", bahwa kita harus memiliki kesadaran moral yang kokoh, yang dapat dimanifestasikan melalui cinta diri. Yang dimaksud tentulah bukan egoisme dan individualisme, melainkan cinta akan kemanusiaannya. Cinta semacam ini akan mendorong diri kita mencintai orang lain.

Realitas ini, mengindikasikan, bahwa moral bangsa (baca:pejabat), kian hari kian mengalami degradasi dan dekadensi. Korupsi yang yang dulu tabu, kini terang-terangan dilakukan. Yang dulu dipraktikkan kalangan minoritas, kini dilakukan mayoritas umum. Yang dulu menjadi rahasia private, kini menjadi rahasia umum (public). Ini berarti, (tak terbantahkan lagi) kehidupan berbangsa dan bernegara kian bobrok. (Nurul Huda, 2004:123).
Moral dalam tatanan kehidupan yang lebih universal, seringkali dikesampingkan oleh kalangan pejabat atau birokrat maupun kalangan agamawan sekalipun. Bangsa Indonesia, tidak akan lepas dari yang namanya korupsi, kalau kesadaran moral dalam memahami makna substansial ajaran agama tidak menjadi prioritas utama.
Kesadaran moral merupakan langkah produktif dan objektif dalam mengabolisi korupsi. Karena diyakini, moral menjadi pedoman hidup (way of life) bagi setiap insan manusia dan sebagai landasan vertikal dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan tantangan. Korupsi yang menimpa Indonesia, pada dasarnya merupakan praktik yang inadmisibel dan tidak akan pernah bisa ditemukan problem solving-nya, apabila jajaran pemerintah tidak mempunyai kesadaran diri (self awareness), bahwa tindakannya telah menyengsarakan rakyat banyak.

Bicara masalah moral dan perilaku selalu menyinggung tentang reward dan punishment. Bila hukuman koruptor di negeri ini selalu ringan mustahil rasanya memberikan efek Pendidikan Korupsi secara konstan melalui praktek sehari-hari. Hukuman harus berat, diekspos semua media massa, dan diketahui semua lapisan masyarakat agar memberi pendidikan yang benar mengenai moral dan memberikan efek jera kepada masyarakat khususnya yang terkait dengan si terpidana.
Bila kasus korupsi sudah parah dan mendarah daging, mungkin perlu diterapkan hukuman mati seperti di Cina. Hukuman mati memang ditentang oleh banyak pihak terutama Vatikan dan negara-negara Eropa karena faktor agama dan kemanusiaan, tetapi karena pemerintah juga akan menanggung beban memberi tempat dan makan kepada para terpidana selama di penjara seumur hidup (dan terpidananya juga bakal luar biasa banyak) menjadikan hukuman mati adalah solusi konvensional yang praktis dan efektif. Cina telah mengeksekusi ribuan orang sejak tahun 1998 ketika Presiden Jiang Ze Min memegang tampuk kekuasaan dan angka korupsi telah susut drastis dari populasi masyarakatnya yang korup yang berjumlah satu setengah milyar! Benar-benar suatu cara ampuh untuk mengendalikan penyakit di populasi yang besar.Sebagai bangsa yang termasuk 5 besar penduduk terpadat di dunia, rasanya Indonesia perlu juga mengaplikasikan hukuman ini. Hukuman perlu dirancang sedemikian rupa hingga memberi efek jera. Di Cina, efek jera hukuman mati ditambah lagi oleh dana pelaksanaan hukuman yang harus ditanggung oleh keluarga terpidana. Bila masyarakat Indonesia memang lebih bandel dari masyarakat Cina, mungkin efek baru harus dipikirkan supaya dapat memberikan tekanan psikologis yang besar bagi keluarga dan kroni-kroninya. Harus pula ditambahkan bahwa yang telah dilakukan terpidana adalah merampas hak hidup rakyat yang lain untuk hidup makmur (bukan hanya layak). Merampas hak anak-anak bersekolah yang baik. Merampas hak mendapat tempat tinggal, dan ribuan hak yang lain. Tidak sedikit juga rakyat yang mati kelaparan akibat ulah tak langsung dari sang terpidana korupsi.

Jumat, 21 Mei 2010

” KONFLIK DENGAN TEMAN SEKAMAR ”

TUGAS INDIVIDU

” KONFLIK DENGAN TEMAN SEKAMAR ”

Disusun oleh :
DEDI
E01107024

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2010


KONFLIK DENGAN TEMAN SEKAMAR
1.PEDAHULUAN
Teman sekamar adalah orang yang berbagi fasilitas hidup, disebut sebagai sharehome, seperti apartemen atau asrama. Sinonim termasuk sharemate, suitemate, teman serumah, atau flatmate.Teman sekamar "istilah" berarti orang yang berbagi kamar tidur yang sama/"teman sekamar" dan "teman serumah" digunakan bergantian tanpa memandang apakah kamar tidur dipakai bersama-sama. Alasan paling umum untuk satu kamar bersama teman adalah untuk mengurangi biaya kos atau kontrakan. Dengan satu kos atau kontrakan bulanan mereka uang, sekelompok orang dapat mencapai biaya yang lebih rendah dengan biaya kurang privasi. motivasi lainnya adalah untuk mendapatkan kenyamanan lebih baik dari yang tersedia di kos atu kontrakan satu orang, untuk berbagi pekerjaan rumah tangga mempertahankan, dan untuk memiliki persahabatan orang lain.
Pada prinsipnya memang dengan hidup bersama ( berteman/menyewa kos/kontrakan bersama) memiliki dampak yang positif atau pun yang negatif.Dalam hal ini yang ingin dibahas secara singkat yaitu dampak negatifnya yang mana dalam pertemanan dalam satu kamar pasti meraskan adanya konflik tinggal besar atau kecilnya konflik tersebut tergantung dua pihak tersebut apabila keduanya memiliki pertemanan yang sudah lama antara yang satu yang lain maka konflik yang tertjadi tersebut tidaklah terlalu mendalam yang diraskan tetapi tidak menutupi kemungkinan akan bermasalah yang lebih dalam juga.Contoh hal yang sederhana yang menyebabkan timbulnya konflik yaitu adanya jadwal piket yang tidak dijalankan sesuai dengan yang telah ditentukan bersama, hal yag serinmg yang dilakukan adalah menggap barang temanya adalah barangya dalam arti terlalu bebas mengunakan barang atau makanan teman.Adanya aktifitas yang berbeda yang mana kepentingan bersama yang berkaitan kamar agendanya harus terhapus sehungan kesibukan dengan hal lai.
2. PENCEGAHAN
Bukan hal yang asing untuk berbagi tanggung jawab secara berimbang, dengan kata lain jika salah satu tak bisa membayar sewa pondokan, penghuni yang lain harus membayar uang sewa pondokan tepat pada waktunya. Sebagai anggota pondokan, jika satu dari penghuni pondokan yang kerap melanggar aturan, tentu induk semang tak akan segan-segan mengeluarkannya, dan lebih suka mempertahankan penghuni kos yang berkelakuan baik. Bagaimana anda mempertahankan keberadaan di pondokan, asrama atau rumah kos tergantung situasi anda. Namun selalu ada jalan mengatasi masalah di saat anda menghadapi masalah serupa: rencanakan kesepakatan sebelum anda memutuskan tinggal di pondokan dan bertemu bermacam-macam karakter bahkan berbagi kamar dengan orang lain.



3. LIMA LANGKAH MEREDAKAN KONFLIK
Meskipun anda sepasang sahabat, tinggal bersama-sama dan mengawali sebuah hubungan baru, cepat atau lambat perselisihan atau konflik akan muncul dalam hubungan anda. Jika kelakuan teman sekamar anda masih menjengkelkan, mungkin anda butuh pendekatan komunikasi mendalam dengannya. Jika dia masih menjadi sub-penyewa dan dia tak mematuhi peraturan pondokan, hanya induk semanglah yang memiliki kuasa untuk mengusirnya.
Bagaimanapun posisi anda, anda dan dia sama-sama penyewa dan hanya induk semang yang memiliki hak penuh atas rumah pondokan. Selain itu bukan hal yang baik melibatkan induk semang dalam konflik anda dan dia, melibatkan induk semang adalah langkah terakhir jika memang konflik tersebut semakin meruncing. Anda dan dia memiliki hak yang sama dalam satu kamar, mengusir teman sekamar bukan termasuk hak anda, dia memiliki hak menempati kamarnya, namun jika konflik diantara anda berdua semakin tak bisa ditolerir lagi cobalah meminta bantuan penghuni pondokan yang lain untuk ikut membantu menengahi konflik anda dan dia, bukan hal yang buruk meminta berganti teman sekamar sampai dia menemukan pondokan baru lagi.
4 HAL YANG BISA LAKUKAN UNTUK PERLINDUNGAN?
1. Hindari berbuat bodoh dan membuat masalah semakin buruk dengan melakukan hal-hal ilegal, misalnya membiarkan teman anda diluar rumah dan menguncinya, hindarilah perbuatan ilegal tersebut yang hanya semakin merugikan anda sendiri.
2. Mencoba membicarakan konflik anda dengannya sebelum situasi semakin panas. Meskipun anda tinggal dalam satu atap dengan yang dihuni bermacam-macam karakter, cobalah meredam masalah ini hanya antara anda bedua. Tapi tak ada salahnya mencari tau pendapat penghuni pondokan yang lain tentang sikap teman sekamar anda tentu dengan sikap hati-hati untuk menghindari kesalahpahaman. Ingat anda menghadapi bermacam-macam sifat dan karakter manusia. Anda melakukan ini bukan untuk merendahkan dia ataupun mencari dukungan, tapi hanya meyakinkan diri anda jika dia memang bukan sosok yang menyenangkan, dan bukan hanya anda sendiri yang merasa tergangu dengan sikapnya. Semakin awal anda melakukan ini semakin baik anda mengatasi konflik ini.
3. Jika konflik melibatkan pelanggaran kesepakatan, tunjukkan dia salinan surat sewa atau kesepakatan pondokan. Bijaksanalah. Jika dia merasa diserang dengan hal itu dan tak sedikitpun merasa khawatir dengan catatatn kredit tersebut, mungkin dia akan memutuskan pergi tanpa sedikitpun memperhatikannya dan membiarkan anda menanggung bagian pembayarannya.
4. Jangan ragu meminta bantuan orang ketiga yang bersifat netral. Beberapa perguruan tinggi menyediakan bantuan ini atau meminta bantuan teman seasrama.
5. Dekati induk semang anda dan meminta bantuan menemukan solusi. Memang ada beberapa induk semang yang tergolong cuek dengan hal ini, seperti membiarkan seorang tamu tinggal sampai larut melebihi aturan yang diterapkan pondokan atau asrama, namun mereka pasti tak keberatan mengirim surat peringatan pada teman sekamar anda, jika memang dia melanggar tata tertib pondokan.
Apapun bentuk konflik yang anda hadapi, komunikasi yang baik masih menjadi cara terbaik mengatasi kjonflik anda. Berikut ini beberapa petunjuk yang bisa anda pertimbangkan:
* Agresi Pasif. Semua tergantung dari sikap anda, keramahtamahan dan kenyamanan, hal yang selalu diharapkan dari pondokan jika memang semua anggota pondokan masih ingin tinggal bersama.
* Tekanan positif: cobalah membuat daftar positif kawan sekamar anda selain meredakan rasa sakit dari ciri negatifnya. Apa yang anda suka saat pertama kali bertemu?
* Pikirkan peranan anda dalam situasi tersebut. Anda meminta seseorang untuk melakukan beberapa perubahan, dan itu bukan hal mudah untuk beberapa orang. Pikirkan bagaimana anda bisa membantu mengatasi situasi tersebut.
* Pilih lokasi yang nyaman dan waktu yang tepat saat anda dan dia sama-sama memiliki waktu senggang, minta dia menghabiskan waktu bersama anda. Jika dia tak memiliki waktu, mintalah dia untuk meluangkan waktu bersama anda di lain hari. Ingatlah bahwa anda ingin berdamai dengannya, anda sedang mencari solusi, jadi cobalah untuk selalu besikap tenang.
* Selama percakapan perlakukan dia ketika seperti saat anda sedang memiliki masalah. Jangan mengasumsikan dia sebagai seorang psicopath hanya karena dia memilki perlikaku yang kerap membuat anda tak tahan. Sifat jelek selalu muncul saat kita merasa ketakutan dan kegelisaan.
* Bersikaplah bijaksana, tenang dan terarah. Merubah sikap seperti yang
anda inginkah bukanlah hal yang mudah baginya, butuh sebuah proses yang lama, apalagi jika memang sifat-nya adalah sebuah kebiasaan. Konsentrasilah pada perubahan yang anda inginkan.
* Untuk membantu mencegah rasa bersalah, cobalah utarakan apa yang anda rasakan daripada harus mengatakan semua hal 'buruk' nya. Misalnya: "Aku takut kita akan kehilangan apartemen ini jika aku tak bisa membayar penuh sewa apartemen ini, masih terbilang lebih bijaksana daripada mengucapkan "Kamu selalu terlambat membayar uang sewa dan selau menunda sampai akhir bulan." (Indikasinya: anda bisa mengucapkan hal ini jika memang anda ingin memulai perang dan menambah konflik semakin panas, kata-kata "Kamu selalu" berkonotasi negatif).

Kamis, 20 Mei 2010

outline

Judul : Korelaasi antara strategi mengajar oleh guru pendidikan kewarganegaraan dengan disiplin belajar siswa kelas VIII DI Sekolah Menengah Pertama

A. Latar Belakang

• Harapan : agar dapat mewujudkan prilaku dan dapat menjadi contoh bagi semua siswa.
• Kenyataan : bahwa masih ada siswa yang datang terlambat saat sudah masuk kelas, masih terdapat siswa yang tidak memakai pakaian dengan rapi,masih ada siswa yang rebut di kelas saat diskusi

B. Masalah dan Sub Masalah
• Masalah:
Apakah terdapat korelasi antara strategi mengajar oleh guru pendidikan kewarganegaraan dengan disiplin belajar siswa kelas VIII dan Sekolah Menegah Pertama Negeri 1 Sintang.
• Sub masalah

1. Bagaimanakah cara mengajar oleh guru pendidikan kewarganegaraan pada siswa kelas VIII dan sekolah menegah pertama negeri 1 sintang
2. bagaimanakah disiplin belajar dalam pembelajaran pada siswa kelas VIII DI SEKOLAH Menengah pertama negeri 1 sintang.
3. apakah terdapat korelasi antara strategi mengajar oleh guru pendididkan kewarganegaraan dengan disiplin belajar siswa kelas VIII di sekolah menengah pertama negeri 1 sintang
C. Tujuan umum dan khusus:

• Tujuan umum :
Untuk mengetahui dan mendapatkan informasi serta kejelasan objektif mengenai korelasi antara strategi mengajar oleh guru pendidikan kewarganegaraan dengan disiplin belajar siswa kelas VIII DI Sekolah menegah pertama negeri 1 sintang.

• Tujuan khusus :
1. Strategi mengajar oleh guru pendidikan kewarganegaraan pada siswa kelas VIII di SMPN 1 Sintang
2. Disiplin belajar dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan pada siswa kelas VIII di SMPN 1 Sintang.
3. Korelasi antara strategi mengajar oleh guru pendidikan kewarganegaraan dengan disiplin belajar siswa kelas VIII DI SMPN 1 Sintang.

D. Manfaat penelitian :

1. Manfaat teoritis : diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan, khususnya mata pelajaran pendidikan pancasiladan kewarganegaraan.
2. Manfat praktis :
a. bagi guru
b. bagi siswa, dan
c. bagi sekolah



E. Hipotesis :
1. Hipotesis alternative (Ha)
Terdapat korelasi antara strategi mengaja oleh guru pendidikan kewarganegaraan dengan disiplin belajar siswa kelas VIII di SMPN 1 Sintang.
2. Hipotesis Nol (Ho)
Tidak terdapat korelasi antara strategi mengajar di oleh guru pendidikan kewarganegaraan dengan disiplin belajar siswa kelas VIII di SMPN 1 Sintang

F. Ruang lingkup:

• Variabel
1. variable bebas : strategi mengajar, dengan aspek-aspek :
a. Membuat scenario untuk menciptakan kerja sama
b. Dapat bekerja sama

2. Variabel terikat a; disiplin belajar siswa, dengan aspek-aspek

a. disiplin membaca buku pelajaran
b. disiplin mengikuti proses pembelajaran
c. disiplin mengerjakan tugas.



• Defenisi operasional
a. strategi mengajar
b. disiplin belajar siswa

G. Metode dan bentuk penelitian

1. Metode :
a. Metode filosofis
b. Metode deskriftif
c. Metode historis
d. Metode eksperimen

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif (pemecahan masalah)

2. bentuk penelitian
a. studi survey (survey studies)
b. studi hubungan (interrelationship studies)
c. studi perkembangan (deplomental studies)

H. Populasi dan Sampel

1. Populasi
1 orang guru PKn dan 51 orang siswa
2. sample
51 orang siswa



I. Teknik dan alat pengumpul data

1. Teknik pengumpulan data:
a. teknik observasi langsung
b. teknik observasi tidak langsung
c. teknik komunikasi langsung
d. teknik komunikasi tidak langsung
.e. teknik pengukuran
f. teknik studi documenter
2. alat pengumpul data
a. angket
b. panduan wawancara
c. panduan observasi

Sabtu, 01 Mei 2010

EKONOMI, KELEMBAGAAN DAN PEMBANGUNAN : SEBUAH PRESFEKTIF DUNIA

BAB I
EKONOMI, KELEMBAGAAN DAN PEMBANGUNAN : SEBUAH PRESFEKTIF DUNIA
1.1 Studi-Studi ekonomi dan Pembangunan
1. Bentuk keadaan Ekonomi Pembangunan
Ekonomi pembangunan berhubungan dengan ekonomi dan proses politiok yang perlu untuk melakukan transformasi struktural dan institusional yang cepat dengan seluruh kehidupan masyarakat, yang efisien akan membawa hasil kemajuan ekonomi bagi sebagian besar lapisan masyarakat atau populasinya.
2. Mengapa kita mempelajari ekonomi pembangunan?
Untuk berfikir secara sistematik mengenai pendapat-pendapat dan problema-problema ekonomi dan merumuskan pertimbangan-peretimbangan dan kesimpulan-kesimpulan atas prinsip-prinsip dasar analitik aplikasi yang relevan dan informasi statistik yang dapat dipfercaya.
3. Pentingnya Peranan Nilai Dalam ekonomi Pembangunanj
Nilai merupakan suatu komponen integral daeri analisa ekonomi dan kebijakan ekonomi
4 Keadaan/ Sifat Teori Ekonomi Barat
Mengatur konseptial fakta-fakta interdevcenden kehidupan ekonomi, termasuk produksi,konsumsi, penghasilan, harga, lapangan kerja,. Inpor, tabungan dan investasi.
1.2 Teori Tradisional yang Terbatas Relevensinya
Profesor Paul Strereton dari Oxford University, ia mengungkapkan bahwa seluruh perlengkapan ekonomi Neo-klasik yang ada sekarang nampaknya sudah csemakin kuno mendadak. Kerangka kerja konseptual dan asumsi-asumsi yang menyangkut tingkah laku masing-masing bersatu dalam daerah yang luas analisa ekonomi neo-klasik tradisional, ada tiga faktor ideal yaitu : keaulatan konsumen, perxsaingan yang sempurna dan peningkatan keuntungan.
1.3 Ekonomi Sebagai Sistem Sosial : Perlu Meninggalkan Sistem Ekonomi Lama/Sederhana
Yang mengarahkan penjelasan-penjelasan mengenai ekonomio neo-klasik tradisional yang sebagian besar mempersoalkan bentuk/keadaannya, jangkauan dan pembatasan-pembatasannya alam menghadapi problema-problema yang komplek dan multi dimensional dalam pembangunan dunia ketiga.
1.4 Sistem-Siatem Sosial Dunia Ke tiga Merupakan Bagian Dari Sistem Sosial Internasional Interdevenden
Aspek yang penting dari hubungan adalah fenomena domininansi dan devendensil/ketergantungan yang banyak dapat diantara negara-negara maju an kurang maju.





BAB 11
BERBAGAI STRUKTUR DAN KARAKTERISTIK UMUM NEGARA-NEGARA YANG SEDANG BERKEMBANG
2.1 sebuah Tinjauan Berbagai Struktur Ekonomi dunia Ke Tiga
Struktural negara-negara yang sedang berkembang ada tujuh komponen besar : Terutama perbedaan-perbedaan di negara Afrika, Asia, Amerika Latin.
1. ukuran dan tingkat penghasilan
Ukuran fisik dari suatu negara, populasinya, tingkat penghasilan nasional perkapita, adalah faktor penentu yang penting dari potensi ekonominya dan faktor penting yang membedakan negara- negara dunia ketiga dengan negara lainnya.
Latar Belakang Historis
Pada umumnya, bangsa Afrika dan Asia pernah menjadi bangsa jajahan Eropah Barat, karena itu negara yang ada di Afrika baru-baru ini memperoleh kemerdekaan, agaknya lebih banyak berurusan dengan konsilidasi dan perubahan ekonomi nasional mereka sendiri dan struktur politik.
2. Persediaar Sumber-Sumber Fisik Dan Daya Manusia.
Keadaan dan watak sumber daya manusia dari suatu negara adalah faktor penentu yang amat penting dalam struktur ekonominya dan masalah ini sudah tcentu akan berbeda dari suatu kawasan dengan lainnya.
3. Kepentingan Yang Relatif Terhadap Sektor Pemerintahan Dan Swasta.
Dalam keadaan perekonomian yang yang di dominasi oleh sektor pemerintah, proyek-proyek, investasi pemerintah yang langsung dan program-program besar pembangunan desa, biasanya diutamakan dan didahulukan sedangkan perekonominan yang di dominasi pada sektor swasta kebijaksanaan-kebijaklsanan pemerintah dimaksudkan untuk menghimbau atau mengajak para pcengusaha swasta untuk lebih banyak mempergunakan tenaga kerja melalui tunjanganm-tunjangan atau bantuan-bantuan pajak khusus.
5 Struktur Perindustrian
Struktur dan tingnkat interdependensi antara sektor-sektor perindustrian yang pertama (pertanian,kehutanan,dan perikanan), yang kedua (perindusxtrian secara umum) yang ketiga (perdagangan, keuangan,pengangkutan dan jasa)
6 Ketergantuingan Terhadap Kekuatan Luar : Ekonomi,Politik ,dan kultural
Dalam beberapa hal ketergantungan ini menyentuh hampir setiap sendi kehidupan, negara-negara kecil pada umumnya sangant tergantung pada perdagangan luar negri mereka enggan negara-negara maju hampir semuanya tergantung pada importasi dan sering kali teknologi untuk produksi yang kurang sesuai, kenyataan ini sendiri menelipkan pengaruh yan luar biasa pada pertumbuhan karakterdalam negara-0negara yang tcergantung ini.
7. Struktur Politik, Kekuasaan dan kelom[ppok-kelompok Interest
Bahwa pembangunan ekonomi dan sosial acapkali tidak mungkin dilaksanakan tanpa melalui perubahan-perubahan yang bcerkaitan dengan institusi lembaga sosial,politik dan ekonomi suatu negara.
2.2 Karateristik-Karakteristik Umum Negara-Negara berkembang
1. Tingkat Kehidupan Yang Rendah
Tingakat kcehidupan yang rendah ini dimenifestasikan secara kuantitatif dan kualitataif dalam bentuk pendapatan yang rendah
2. Tingkat Produktifitas Yang Rendah
Untuk meningkatkan produktifitas menurut argument ini, tabungan-tabungnan negri dan keuangan dari luar negri haruslah dimobilisasi untuk mempercepat investasi baru dalam barang-barang mpoal fisik dan juga untuk menyediakan stok/modal tenaga manusia.
3 Tingkat Pertumbuhan Populasi dan Beban Tangungan Yang Tinggi
4 Tingginya Perkembangan Pengangguran dan Pengangguran Semu
5 Ketergantungan Terhadap Produksi Pertanian dan Produk Ekspor
A Pertanian skala kecil
B Ketergantungan pada ekspor
6 Dominansi,Dependensidan,valnurability dalam hubungan-hubungan internasional
BAB 3
ARTI PEMBANGUNAN
Dalam pengertian yang paling mendasar pembangunan itu harus mencakup masalah-masalah materi dan finansial dalam kehidupan orang,. Karena itu pembangunan harus diselidiki sebagai proses multidimensional yang melibatkan reorganisasi dari semua sistem ekonomi dan sosial
3.1 Dua Macam Pendekatan Yang Penting Mengenai Studi Pembangunan
1. Model Tingkat Jenjang Linear
a. Tingkat jenjang pertumbuhan menurut Rostow :
Tingkat jenjang-jenjang ini bukan hanya diskriftif dan bukan hanya satu cara mnenjeneralisasi penelitian suatu factual mengenai hubungan pembangunan masyarakat modern, tingkat jenjang ini mempunyai logika yang mendalam dan kesinambungan yang pada akhirnya tingkat/jenjang-jenjang ini menyangkut kedua-duanya, jika masih terbagi-bagi yaiyu teori mengenai sejarah modern secara keseluruhan.
2. Model-model Strukturalis Internasional
Ada dua jalur pemikiran dalam mocdel strukturalis internasional ini
a. Model Dependensi Neo-klonial
Yaitu pertumbuhan dari pemikiran Marxis ialah eksistensi dan memelihara keterbelakangan dunia ketiga terutama sekali terhadap evolusi histories mengenai sistem kapitalis internasional yang betul-betul tidak ama dalam hubungan negara-negara kaya dan miskin.
3.2 Dualisme an Konsep Masyarakat Ganda
Konsep cdualisme ini meliputi empat komponen yaitu :
A Perbedaan tata kondisi yang sebagian merasa supersior/lebih dari segala hal.
B koeksisitensi adalah suatu yang kronis dan bukan hanya semata-mata transisi.
C Tinngkat supersuoritas/ inferoritas tidak hanya gagal m,enunjukkan berkurangnya bahkan terdapat tendensi meningkat.
D interelasi antara elemen-elemen superior dan inferior sedemikian rupa yang eksistensi elemen superior hanya sedikit sekali bahkan tidak menyangkut elemen inferior.
1. Dualisme Internasional
Empat komponen dualisme ini memberikan deskripsi yang mendekati sempurna mengenai situasi sekarang didalam sisitem ekonomi internasional,pertama : terdapat perbedaan-perbedan yang besar alam pendapatan perkapita dan koeksistensi tingkat kehidupan yang ada diantara negara-negara yang sangat berbeda suku, benua, dan iklim. Kedua ; perbedaan-perbedaan ini jelas bukan masalah yang baru, tetapi masalah yang sudah kronis. Ketiga ; perbedaan-perbedaan ini menunjukkan tanda-tanda yang lebih banyak meningkat dari pada menurun atau berkurang , keempat ; interelasi antara negara yang kaya dan miskin dalam ekonomi internasional.
2 Dualisme domestik (Dalam negri)
Pertama standar kehidupan sangat berbeda, kedua :ko-eksistensi daerah kecil yang modern ditengah-tengnah masyarakat tradisional, ketiga : celah diantara orang kaya dan miskin, terakhir efek-efek yang luas antara meningkatnya kekayaan dari daerahdaerah modern dan perbaikan taraf hidup alam masyarakat tradisional tidak begitu jelas dalam semua hampir negara yang kurang maju.
3.3 Apa yang kita maksudkan dengan pembangunan
1. ukuran- ukuran ekonomi tradisional
2. pandangan ekonomi yang baru tentang pembangunan
3. keluar dari kriteria ekonomi yang sempit
4. ada tiga nilai-nilai hakiki dalam pembangunan
a kebutuhan untuk bisa hidup
b Harga diri sebagai manusia
c bebas dari perbudakan
5 Tiga sasaran pembangunan
- meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian/ pemerataan baha-bahan pokok yang dibutuhkan untuk bisa hidup
- mengangnkat taraf hidup, termasuk menambah dan mempertinggi penghasilan, penedian lapangan kerja yang memadai
- memperluas jangkauan pilihan ekonomian sosial bagi semua individual an nasional
3.4 Keterbelakangan dan Pembangunan ; Suatu ikhtisar skematis multidimensional
Mengambarkan usaha secara skematis untuk memperlihatkan dan mengikhtisatrkan beberapa aspek ekonomi dan non ekonomi yang penting .





BAB 4
PERTUMBUHAN HISTORIS DAN PEMBANGUNAN SEKARANG PELAJARAN-PELAJARAN DAN PERDEBATAN-PERDEBATAN
4.1 Pertumbuhan Ekonomi : Beberapa Konsep Dasar Dan Ilustrasi
Faktor-faktor atau komponen-komponen pertumbuhan ekonomi yang pentng dalam masyarakat mana saja adalah :
1. Akumulasi Modal, termasuk semua investasi baru dalam bentuk tanah, peralatan fisik dan sumber daya manusia
2. Perkembangan populasi, dan karenanya terjadi pertumbuhan dalam angkatan kerja walaupun terlambat.
3. Kemajuan Teknologi, adalah hasil dari cara-cara baru yang telah diperbaiki dalam melakukan pekerjan-pekerjaan tradisional
4.2 Catatan sejarah : ada enam karakteristik pertumbuhan ekonomi modern menurut kuznets
Profesor Simon Kuznets, orang yang menerima hadiah novel dalam ilmu ekonomi tahun 1971, karena kepeloporannya mengukur dan menganalisa sejarah pertumbuhan pendapatan nasional dalam Negara-negara yang sudah maju, telah menentukan pertumbuhan ekonomi suatu Negara sebagai kemampuan dalam jangka panjang untuk mensuplai berbagai benda ekonomi yang terus meningkat kepada rakyatnya, pertumbuhan kemampuan ini atas dasar kemajuan teknologi , institusional dfan penyesuaian ideology yang diperlukannya.
Keenam karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :
1. tingginya tingkat pertumbuhan output / luaran perkapita dan populasi
2. Tinginya tingkat perumbuhan produktivitas
Kemajuan teknologi termasuk meningkatkan fisik dan sumber-sumber daya manusia yang ada menyebabkab besarnya peningkatan dalam PNK perkapita.
3. Tinginya transformasi Struktural Ekonomi.
4. Tingginya tingat Transformasi sosial,politik dan ideology
Uraian- uraian mengenai karakteristik sebagai berikut :
A Rasionalitas substitusi metode-metode modern, cara berfikir bertindak, berproduksi, disribusi dan memberikan konsumsi bagi praktek-praktek kuno dan tradisional.
B Perencanaan yaitu : mencari system pelaksanan kebijaksanaan yang terkoordinasi dan tradisional
C Persaman social dan ekonomi,yaitu peningkatan persamaan dalam status dalam kesempatan- kesempatan memperoleh kekayaan,penghasilandan tingkat kehidupan
D Perbaikan sikap-sikap dan lembaga-lembaga
5. Jangkauan yang Dicapai Ekonomi Internasional
6 Luasnya perumbuhan ekonomi Internasional Masih Terbatas
Pertumbuhan ekonomi yang cepat memungkinkan penelitian dasar-dasar ilmiah yang pada gilirannya membawa penemuan-penemuan dan pembaharuan-pembaharuan teknologi yang mendorong pertumbuhan ekonomi selanjutnya.
4.3 Terbatasnya Nilai Pengalaman sejarah Peretumbuhan : kondisi-kondisi sebelumnya yang berbeda-beda.
Ada delapan perbedaan yang besar dalam kondisi-kondisi terdahulu perbedaan yangbanyak memerlukan analisa yang perlu di ubah mengenai prospek-prospek pertumbuhan dan kebutuhan-kebutuhan pembangunan ekonomi modern :
1. Persediaan sumber daya baik fisik maupun tenaga manusia
2. Pendapatan perkapita dan tingkat PNK dalam hubungannya dengan Negara lain di dunia.
3. Perbedaan-perbedan iklim
4. Jumlah populasi, pemerataan dan pertumbuhan
5. Peranan sejarah Migrasi internasional
6. Pertumbuhan stimulus perdagangan internasional
7. Penelitian dasar ilmu dan teknologi serta kemampuan penngembangannya
8. Lembaga-lembaga social dan politik yang stabil dan pleksibel
BAB 5
PERTUMBUHAN KEMISKINAN DAN PEMERATAAN PENDAPATAN
5.1 Beberapa konsep Dasar : Ukuran dan Fungsional Pemerataan Pendapatan
1. Ukuran Pemeratan
Pemeratan Penghasilan pribadi atau ukuran merupakan yang paling umum dipergunakan oleh para ahli ekonomi, ukuran ini hanya berkenan dengan masing-masing pribadi dan jumlah penghasilan yang mereka terima, bagaimana cara mendapatkan penghasilan tersebut tidak dipertimbangkan
2. Kurpa Lorenz
Kurva Lorenz memperlihatkan hubungan kuantitatf yang actual (yang sebenarnya) antara persentase penerima penghasilan dan persentase jumlah penghasilan yang mereka terima
3 Koefisien Gini dan Ukuran Bersama Ketimpangan
Koefisien Gini adalah persamaan ukuran ketimpangan dan bias berbeda-beda (bervariasi) dari nol (persamaan yang sempurna) sampai satu titik ketimpangan yang sempurna
4 Pemerataan fungsional
Ukuran pemerataan penghasilan kedua yang imum digunakan oleh para ahli ekonomi adalah fungsional atau pemeratan bagian factor yang berusaha menjelaskan pembagian dari jumlah pendapatan nasional yang diterima oleh masing-masing factor produksi
5.2 Sebuah Tinjauan terhadap Bukti : Ketimpangan dan Kemiskinan Absolut dalam Negara-negara dunia ketiga
1. Ketimpangan : Bervariasi antara masing-masing Negara
2. Kemiskinan Absolut : Luas dan Dalamnya
Baha tingginya penghasilan perkapita bukanlah jaminan tidak adanya kemiskinan absolute, karena pembagian penghasilan yang meluas sampai kepersentase populasi yangpaling rendah itu biasa sangat berbeda-beda dari satu Negara dengan Negara lainnya.
5.3 Karakteristik ekonomi Dari kelompok-kelompok miskin
Pengertian tentang keadan besarnya/ukurannya pemeratan penghasilan adalah sentral bagi semua analisis problem kemiskinan dalam Negara-negara yang berpenghasilan rendah
5.4 Pertumbuhan Ekonomi dan Luasnnya kemiskinan
Profesor Kuznets orang yang sangat dihargai atas kepeloporan analisisnya mengenai pola-pola pertumbuhan sejarah Negara-negara sekarang yang sudah maju telah mengemukakan bahwa dalam tingkat permulaan pertumbuhan ekonomi pemeratan penghasilanakan cendrung rusak/jelek, kemudian dalam tingkat selanjutnya akan menjadi lebih baik, ternyata dampak yang principal dari pertumbuhan ekonomi terhadap dalam pemeratan penghasilan, secara rata-rata adalah mengurangi kemiskinan yang absolute dan penghasilan yang relative membaik bagi si miskin
5.5 Menentukan Kembali Sasaran-sasaran pembangunan Peretumbuhan Dengan memperbaiki Pemeratan Penghasilan
Bahwa strategi pembangunan menghendaki tidak hanya mempersoalkan kepentingan yang menyangkut akrelasi pertumbuhan ekonomi saja, tetapi juga membahas masalh-masalah yang langsung menyangkut perbaikan materi standar kehidupan bagi mereka yang ergolongdalam segmen besar dari populasi dunia ke tiga yang sebagian besar telah dilalui oleh pertumbuhan ekonomi dalam dua decade yang lalu
5.6 Peranan analisis Ekonomi : Redistribusi Pertumbuhan
1 Pertumbuhan versus Pemeratan Penghasilan
A argument tradisional Pembagian factor, tabungan dan pertumbuhan ekonomi
Argument dasar ekonomi yang membenarkan ketimpangan –ketimpangan dalam penghasilan pribadi dan penghasilan bersama yang tinggi merupakan kondisi yang perlu untuk menabungyang akan memungkinkan penanaman modal dan menumbuhkan ekonomi melalui suatu mekanisme
B Argumen Balik
Ada empat alasan yang umum mengapa banyak para ahli ekonomi pembangunan sekarang percaya argument di atas adalah tidak benar dan mengapa persaman/ keadilan yang lebih merata dalam Negara-negara yang sedang berkembang sebenarnya bias menjadi kondisi pertumbuhan ekonomi yang ditopang dan dipelihara sendiri, pertama : secara umum didukung oleh kekayaandata dari pengalaman yang baru yang tlahdibuktikan, kedua : rendahnya penghasilan dan tingakat kehidupan yang tercermin dalam tingkat kesehatan, gizi, dan pendidikan yang sanagt buruk bias merendahkan produktivitas ekonomi mereka. Ketiga : Menyangkut tingakat penghasilan akan merangsang peningkatan permintan akan barang-barang kebutuhan pokk yang diproduksi dalam negri secara keseluruhan seperti makanan dan pakaian. Keempat : Pemeratan penghasilan yang lebih adil yang lebih dicapai melalui pengurangan kemiskianan masyarakat bias merangsang perluasan ekonomi secara sehat dngan memberikan intensif yang berupa benda maupun materi
2 Menggabungkan pertumbuhan Ekonomi dan Pemeratan
Apabila kita menganalisa determinan-determinan yang nyata mengenai pemeratan penghasilan yang sangat timpang, maka yang sangat timpang itu adalah pemeratan pemilikan kekayn/harta yang produktif seperti tanah danmodal dalam segmen-segmen yang berbeda dalam masyarakat dunia ketiga yang pada umumnya menyebabkan perbedaan penghasilan yang bcesar sekali antara sikaya dan simiskin
5.7 Luasnya pilihan kebijaksanaan : Beberapa pertimbangan pokok
1 Bidang-bidang intervensi
- Pemerataan fungsional hasil hal bagi tenaga kerja, tanah dan modal seperti yang telah ditentukan oleh harga-harga factor tingkat penggunannya dan pembagian yang konsekuen dari penghasilan nasional yang meluas sampai kepada pemilik-pemilik dari masing-masing factor tersebut
- Pemeratan ukuran, pemerataan penghasilan fungsional dari suatu ekonomi
- Memoderatkan (mengurangi) pemerataan ukuran pada golongan- golongan tingkat atas, melalui system perpajakan progresif terhadap pendapatan an kekayaan
- Meningkatkan pemeratan ukuran pada golongan-golongamn tingkat bawah, melalui pembelanjaan/ pengeluaran pemerintah dari hasil pajak
2 Pilihan-pilihan Kebijaksanaan
- Mengubah pemeratan penghasilan fungsional melalui kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dirancang untuk menggantui harga factor relative
- Memperbaiki ukuran pemeratan melalui pemeratan pemilikan kekayaaan
- Mengubah(mengurangi) ukuran pemeratan pada golongan tingkat atas melalui system pajak pendapatan dan pajak yang progresif
- Memperbaiki (meningkatkan) ukuran pemerataan pada golongan tingkat bawah melalui transfer pembayaran-pembayaran langsung dan penyediaan/ pemberian barang-barang dan jasa untuk umum.

BAB 6
MASALAH POPULASI
6.1 Masalah dasar Pertumbuhan Populasi Dan Kualitas Kehidupan
Bagaimanakah situasi populasi dalam berbagai Negara dunia ketiga mengkontribusikan kepada atau mengumpat ari kesempatan-kesempatan mereka melaksanakan sasaran-sasaran pembangfunan, bukan hanya untuk generasi sekarang saja tetapi juga untuk generasi yang akan datang
6.2 Sebuah tinjauan mengenai Jumlah Pertumbuhan Populasi dulu, sekarang, dan yang akan datang
1 Pertumbuhan populasi dunia menurut sejarah
Bahwa pertumbuhan populasi sekarang ini terutama sekali adalah hasil dari transisi yang cepat dari era histories yang panjang ditandai dengan tinginya tingkat kelahiran dan kematian, kepada era tingkat kematian yang menurun seara tajam, sedangkan tingkat kelahiran terutama sekali di Negara dunia ketiga tidak terlalu banyak menurun dari ketingian tingkat historisnya
2 Struktur Populasi Dunia
A Daerah Geografis
Dari jumlah populasi dalam tahun 1977, lebih ari dua pertiga hidup dinegara-negara yang sedang berkembang dan kurang dari sepertiga dinegara-negara secara ekonomis sudah maju
B Gejala-gejala kelahiran dan Kematian
Peningkatan/penambahan biasa/alamiah hanya mengukur akses kelahiran atas kematian,atau dengan istilah yang lebih teknis, selisih antara tingkat kelahiran dan tingkat kematian
C Struktur Umum Dan BebanTanggungan
3 Momentum yang tersembunyi Pertumbuhan populasi
Ada dua alasan pokok mengenai momentum yang tersembunti ini
Pertama, tingginya tingkat kelahiran tidak bisa diubah secara substansial sedangkan yang kedua : alas an ini kurang jelas bagi momentum yang tersembunyi teantang pertumbuhan populasi yang berhubungan dengan struktur umur dari populasi di Negara-negara yang sedang berkembang.
6.3 Perdebatan Tentang Populasi Beberapa Perbedan Pendapat
1 Pertumbuhan Populasi bukanlah suatu problema yang riil
Tiga macam argument umum dari individual-individual terutama sekali dari Negara-negara dunia ketiga yang menyatakan ;
- Bahwa problemnya bukanlah pertumbuhan populasi, tetapi ada masalah lain
- Bahwa pertumbuhan populasi itu adalah masalah tiruan/buatan yang dengan sengaja diciptakan oleh lembaga-lembaga dan perwakilan-perwakilan Negara kaya yang dominant
- Bahwa bagi berbagai Negara dan kaasan yang sedang berkembang, pertumbuhan populasi itu malahan di kehendaki
2 Pertumbuhan Populasi suatu problema yang riil
- Melaksanakan keluarga berencana
Bahwa pembangunan ekonomi dan social adalah kondisi yang diperlukan untuk memungkinkan bias memperlambat atau menghentikan pertumbuhan populasi dengan rendahnya tinkat kelahiran dan kematian
- Hak-hak asasi manusia
- Pembangunan plus Program populasi
Berikut ini memberikan tambahan komponen yang esensial bagi pendapat menegnah atau consensus ini :
A Pertumbuhan populasi bukanlah merupakan penyebab utama dari rendahnay tingkat kehidupan, besarnya ketimpangan atau terbatasnya kebebasan memilih yang sudah menjadi cirri sebagian besar di Negara-negara dunia ketiga
B Problema, populasi bukanlah hanya sekedar persoalan jumlah, melainkan juga persoalan kualitas kehidupan manusia dan kelengkapan materilnya
C akan tetapi pertumbuhan populasi yang cepat memang menimbulkan problema-problema kerbelakangan yang hebat, dan menimbulkan prospek-prospek pembangunan yang lebih luas
D banyak problema-problema yang nyata mengenai populasi, timbul bukan karena dari jumlah keseluruhannya, tetapi daripenentuan-penentuannya .
6.4 Sasaran dan Tujuan : Terhadap Konsensus
Terlepas dari pendapat-pendapat yang timbul secara diametric merupakan argument-argumen yang saling bertentangan antara mereka yang setuju dan yang menentang pertumbuhan populasi timbul pula suatu gagasan yang umum suatu usul atau pendapat penengah yang bisa di sepakati oleh kedua pihak, ialah dengan pengecualian yang mungkn bagi mereka yang mengajukan versi-versi ekstrem, baik dari pihak rajawali ataupun pihak yang pronatalis

BAB 7
EKONOMI, POPULASI DAN PEMBANGUNAN
7.1 Teori transisi Demografis
Teori transisi demografis yang berusha menerangkan mengapa semua Negara sekarang yang sudah maju, sedikit atau banyak melalui tiga jenjang/tingkat yang sama dengan sejarah populasi modern.
7.2 Teori Maltus “Perangkap Populasi’
1 Model Dasar
Reverend Thomas Maltus telah mengetengahkan sebuah teori mengenai hubungan antara pertumbuhan populasi dan pembangunan ekonomi yang sampai sekarang masih berlaku, dalam tahun 1798, ia menulis Essay on he principle of population, dan mengambarkan konsep pengertian tentang kekurangannya atau menciutnya penghasilan, Maltus mengambarkan tendensi yang universal populasi dari suatu Negara, jika tidak dicegah dengan cara mengurangi atau berkurangnya persedian bahan makanan, maka populasi akan berkembang secara geometris
7.3 Teori ekonomi Mikro Mengenai Fertilitas
1 pertimbangan-pertimbangan umum
Dalam melakukan usaha ini, para ahli tersebut menggunakan teori neoklasik tradisional tentang kebiaaan-kebiasan rumah tanga atau konsumen sebagai modal dasar analitik meeka, dan menggunakan prinsip-prinsip ekonomi dan optimasi untuk menjelaskan keputusan-keputusan tentang jumlah keluarga.
Teori konvensional tentang kebiasaan/tingkah laku konsumen baha menganggap seorang individual dengan aneka ragam selera atau kesenangan dalam berbagai barang, dalam aplikasi teori ini dengan anlisis pertilitas, anak-anak dianggap sebagai barang konsumsi yang khususdengan demikian fertilitas menjadi respons ekonomi yang rasional terhadap permintaan konsumen (keluarga) untuk anak-anak relative trhadap barang- barang lain
3 Implikasi-implikasi bagipembangunan dan fertilitas
Efek kemajuan social dan ekonomi dalam rangak menurunkan fertilitas dinegara-negara yang sedang berkembang akan besar sekali dimana mayoritas populasi dan erutama sekali yang paling sedikit mendapat bagian keuntungannya
7.4 Beberapa Pendekatan Kebijaksanaan
Tiga bidang kebijaksnaan yang bisa mempunyai pengaruh penting baik langsung maupun tidak langsung terhadap poopulasi dunia yang sekarang dan yang akan dating :
- Kebijaksanaan-kebijaksanaan umum dan spesifik yang bisa dilakukan oleh pemerintah di Negara-negara yang sedang berkembang untuk mempengarihi, bahkan barangkali bisa mengendalikan pertumbuhan dan pemerataan populasi mereka
- Kebijaksanaan-kebijaksanaan umum dan spesifik
- Cara-cara yang spesifik yang bisa dilakukan oleh pemerintah Negara-negara maju beserta kantor-kantor perakilan internasional untuk membantu Negara-negar berkembang untuk mencapai tujuan-tujuan kebijaksanaan populasi mereka apapun bentuknya dalam waktu yang sinkat mungkin
Marilah kita coba membaha permasalahan secara satu persatu
1 apa yang bisa dilakukan oleh negar-negara yang sedang berkembang
Pada pokoknya pemerintah bisa berusaha dalam mengendalikan kelahiran melalui lima cara :
- mereka bisa berusaha menganjurkan orang-orang untuk mempunyai keluarga kecil melalui media komunikasidan proses pendidikan
- Melaksankan program-program keluarga berencana untuk kesehatan dan memberikan pelayanan-pelayanan kontraseptif guna mendorong kebiasaan/tingkah laku yang di inginkan
- Mereka dengansengaja memanipulasi insentif dan disentif ekonomi
- Mengatur kembali pemerataan populasi mereka dari daerah perkotaan yangberkembang terlalu cepat sebagi akibat dari urbanisasi masal migrasi interen dengan mengurangi ketidakseimbangan kesempatan-kesempatan ekonomi dan social yang terjadi didaerah perkotaan dibandingakn dengan daerah pedesaan
- Pemerintah bisa berusaha secara langsung memaka masyarakat agar memperkecil jumlah keluarga dengan kekuasaan legislasi Negara dan hukuman untuk alasan-alasan tertentu
2 Bagiman Negara-negara maju bisa membantu Negara-negara berkembang dalam program populasi mereka yang berbeda-beda
Yang pertama adalah seluruh bidang penelitian teknologi mengenai pengendalian fertilitas,tablet kontraseptif,alat-alat inern modern(IUD), prosedur sentralis sukarela dan lain-lain, penelitian seperti ini sudah dilakukan secara bertahun-tahun hamper semuanya dibiayai oleh organisasi donor internasional. Usaha-usaha berikutnya memperbaiki efektifitas teknologi kontraseptif ini sambil memperkeci resiko-resiko kesehatan yang perlu digalakkan terus.
Bidang kedua meliputi : bantuan keuangan oleh negar-negara kaya untuk keperluan program keluarga berencana, pendidikan umum, dan kegiatan-kegiatan penelitian kebijaksanaan populasi nasional di Negara-negara yang sedang berkembang
BAB 8
PENGANGGURAN BEBERAPA PERMASALAHAN DIMENSI DAN ANALISIS
Oleh karena itu problema kita pekerjaan negar-negara di dunia ketiga menyangkut berbagai bidang yang membuatnya agak unik dari segi histories dan banyak tergantung pada berbagai analisis ekonomi yang bebas dan luas, ada tiga alasan penting dalam masalah ini ;
- Pengangguran dan pengangguran semu yang tetap dan kronis dari angkatan kerja di Negara-negara yang sedang berkembang
- sebab-sebab yang menimbulkan problema pekerjan dinegara dunia ketiga jauh lebih kompleks dari pad apa yang terdapat di negar-negara maju
- apapun dimensi dan sebab-sebab pengngguran di negar-negara dunia ketiga keadaan manusia yang miskin dan hina seta taraf hidup yang sangat rendah sekali
8.1 dimensi-dimensi pengangguran di dunia ketiga : bukti dan konsep-konsep
1 Pekerjan dan pengangguran : Gejala-gejalanya dan proyeksi-proyeksinya
Sebagi problema yang cukup serius khususnya pertumbuhan pengangguran dan pengangguaran semu didaerah-daerah perkotaan terutama sekali telah memberikan lonceng tanda bahaya dan sebagi suatu sebab pertunbuhan masalah bagi hamper semua Negara di dunia ketiga
2 Pertumbuhan populasi didaerah perkotaan
Bahwa tidak ada pertumbuhan populasi yang akan lebih dramatis dari pada dikota-kota besar dalam negar-negar yang sedang berkembang
3 Angkatan kerja : keadaan sekarang dan perkiran yang akan datang
Jumlah orang-orang yang mencari pekerjan di Negara-negara sedang berkembang terutama sekali tergantung pada jumlah dan kompesisi umur populasinya. Proses yang berhubungan dengan gejala-gejala dalam suatu pertumbuhan populasi terhadap pertumbuhan penduduk asli. Ada dua hal yang menarik perhatian khusus :
Pertama : betapapun besarnya pertumbuhan tingkat populasi, komponen fortalitas dan molaritas mempunyai arti sendiri, sedangkan yan kedua : dampak menurunnya fertalitas terhadap jumlah angkatan kerja dan struktur umum akan trasa dalam waktu yang agak lama walupun penurunannya cepat.
4 Tenaga kerja yang tidak dapat bekerja : beberapa definisi dan Distingsi/ketentuan
Oleh karena itu Edwerd membedakan antara lima bentuk pengangguran sebagi berikut :
- pengangguran terbuka,yaitu mereka yang tidakl mau bekerja
- Pengangguran semu, yaitu mereka yangbekerja kurang dari apa yang semestinya mereka kerjakan
- Kelihatannya aktif, tetapi tidak progretif
- Tenaga yang merugikan, adalah mereka yang mungkin bekerja purna aktu, tetapi intensitas kerjanya itu sangat merugikan karena kekurangan gizi atau kurangnya pengobatan propentif
- Tenaga-tenaga yang tidak produktif
8.2 Model-model ekonomi mengenai Determinasi Pekerjaan
1 Model Pasar Bebas Kompetitif Tradisional
- Upah yang pleksibel dan pekerjaan penuh
- Pembatasan-pembatasan model kompetitif bagi Negara-negara berkembang
2 Pertumbuhan Out Put / luaran dan pekerjaan : Konflik atau Kongruen (berbeda atau sama)
- Model/ teori pertumbuhan dan tingkat pekerjaan : Argumen yang konflik/ berbeda
- Pertumbuhan dan pekerjaan : argumen yang sama
Pada umnya kenaikan dalam produktifitas enaga kerja memanga di kehendaki, akan tetapi yang dikehendaki aalah peningkatan jumlah factor produktifitas
3 Teknologi yang sesuai dan Generasipekerjaan : Model inensif harga
- memilih teknik-teknik
menurut teori ini, kombinasi-kombinasi modal atau tenaga kerja yang optimum yang ditentukan oleh factor yang relative
- distori-distori harga factor dan teknologi yang sesuai
- kemungkinan-kemungkinan substitusi/ penggantian tenaga modal
BAB 9
MIGRASI DARI DESA KE KOTA : TEORI DAN KEBIJAKSANAAN
9.1 Migrasi dan Pembangunan
Migrasi membantu meringankan/ mengurangi structural pedesaan perkotan yang tidak seimbang dengan dua cara yang langsung : pertama, dari segi pengadaan meningkatkan laju pertumbuhan pencari kerja di kota-kota relative dengan pertumbuhan populasi kota, yang pertumbuhan itu sendiri secara historis belum pernah trjadi karena proposisinya banyak terdiri dari tenaga- tenaga mud yang berpendidikan tinggi yang mendominasi arus migrasi ini. Kemudian yang ke dua : dari segi permintan/ kebutuhan menciptakan lapangan kerja di perkotan pada ummunya lebih sulit dari pada di pedesaan, karena membutuhkan sumber-sumber input/masukan komplementer yang substansial untuk hamper semua pekerjan di sector industtri
9.2 Teori Lewis Mengenai Pembangunan
1 Teori/ model dasar, menurutnya ekonomi itu sendiri terdiri dari dua factor :
- sector substitusi pedesaan tradisional, yang ditandai dengan produktifitas yang sangat rendah, surplus enaga kerja
- sector industri perkotan moderan, yang tingi produktifitasnya kesinilah tenaga kerja dari pedesaan/ sector substitusi di pindahkan secara bertahap
9.3 Migrasi Dalam Negara-negara yang sedang Berkembang : Beberapa Faktor Umum
1 Proses Migrasi
Factor-faktor yang mempengaruhi keputusan untuk melakukan migrasi sangat banyak dan kompleks
- Faktor-faktor social, ermasuk keinginan migrant untuk keluar dari lingkungan paksaan-paksan tradisional organisasi-organisasi social
- Faktor-faktor fisik, termasuk keadaan cuaca dan bencana alam
- Faktor-faktor dekografis, termasuk pengangguran tingkat kematian dan tingkat pertumbuhan populasi di daerah pedesaan
- Faktor-faktor cultural, termasuk keamanan hubungan keluarga yang luas didaerah perkotan dan bujukan dari apa yang disebut kegemerlapn kota
- Faktor-faktor komunikasi, sebagai hasil dari transformasi yang sudah di perbaiki, system-sistem pendidikan yang berorientasi kepada perkotaan dan dampak modernisasi-modernisasi
9.4 Mengenai teori ekonomi migrasi dari desa ke kota
1 Deskripsi verbal dari Todaro
Teori ini bermula dari asumsi bahwa pertama kali migrasi merupakan fenomena ekonomi yangbagi masing-masing migran bisa menjadi keputusan/ tindakan yang rasional yang menimbulkan eksistensi pengngguran di kota. Teori atau medel todaro ini menggambarkan penghasilan-penghasilan migrasi dalam responnya terhadap perbedaan-perbedaan di kota dan di ds yang diharapkan lebih baik dari pad penghasilan-penghasilan yang sebenarnya.
Untuk menyimpulkan Teori medel Todaro mengenai migrasi ada empat karaktristik pokok :
- Migrasi terutama sekali dirangsang oleh pertimbangan- pertimbangan ekonomis yang rasional
- Keputusan-keputusan untuk melakukan migrasi tergantung pada upah riel yang lebih besar yang bia diharapkan antara di desa dan di kota
- Kemungkinannya memperoleh pekerjaan di kota adalah sebaliknya, yaitu berhubungan dengan tingkat pengngguran di kota
- Tingkat migrasi yang melebihi tingkat pertumbuhan kesempatan kerja di kota, bukan hanya mungkin, tetapi juga rasional
2 Beberapa implikasi kebijaksanaan
- perlunya mengurangi atau menghilangkan ketidakseimbangan dalam kesempatan-kesempatan memperoleh pekerjaan di daerah perkotan dan di pedesaan
- Penciptan lapangan kerja di kota bukanlah penyelesaian yang tepat untuk mengatasi problema penganguran di kota itu
Tidak membedakan perluasan pendidikan akan menjurus kepada migrasi dan pengangguran lebih jauh
- Subsidi-subsidi upah dan harga factor kejerangan tradisional bisa menjadi konter produktif
- Program pembangunan desa terpadu yang harus digalakkan

BAB 10
TRANSFORMASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN DESA
10.1 Strategi Pertanian Dalam Dekade Pembangunan
Dunia Pertanian sebenarnya terdiri dari dua jenis prtanian yang sangat berbeda :
- pertanian yang sangat efisien dinegara-negara yang sudah maju
- Pertanian yang tidak efisien dan rendah produktifitasnnya dinegara-negara yang sedang berkembang
10.2 Pembangunan ekonomi skala Kecil : transisi dari pertanian subsistensi kepertanian spesialisasi
Ada tiga jenjang tingkat dalam evolusi produksi pertanian :
Pertama : yang paling primitive dan murni adalah pertanian substensi produktifitas rendah, yang kedua : tingkat yang dapat disebut Diversifikasi (penganekaragaman ) atau pertanian campuran yang sebagian dari hasilnya untuk dimakan sendiridan sebagiannya lagi untuk dijual disektor Komersial, yang ketiga : tingkat yang mengmbarkan pertanian modern yang produiktifitasnnya sangat tingi, pertanian spesialisasi adalah seluruhnya untuk melayani keperluan pasar komersial
10.3 Menuju Strategi Pertanian Dan Pembangunan Desa : Beberapa syrat pokok
Sumber-sumber kemajuan peretanian kecil:
- Perubahan teknik dan inovasi/pembaharuan
- Kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi pemerintah yang sesuai
- Lembaga-lembaga social yang menunjang
Kondisi-kondisi umum kemajuan Desa
- Modernisasi struktur pertanian untuk memenuhi tuntutan kebutuhan pangan
- Menciptakan system penunjang yang efektif
- Mengubah keadaan lingkungan pedesaan untuk memperbaiki taraf hidup
1 Memperbaiki pertanian kecil
- Teknologi dan inovasi
- kebijaksanaan-kebijaksanaan dan kelembagaan
2 ada tiga kondisi untuk pembangunan desa
- perbaikan tata laksana tanah
- kebijaksanaan-kebijaksanaan yang menunjang
BAB 11
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN
11.1 Sebuah Profil Pendidikan dan Kawasan-kawasan yang sedang berkembang
1 Pengeluaran pemerintah dibidang pendidikan
Denagan bberusaha sekuat tenaga melalui ekanan-tekanan politis untuk memperbanyak tempat/gedung-gedung sekolah di dalam Negara-negara yang sedang berkembang
2 pendaftaran
3 Putus Skolah
Salah satup roblema pendidikan yang penting alam Negara-negara yang sedang berkembang adalah benyaknya jumlah pelajar/mahasiswa yang menglami putus sekolah
4 Penghasilan dan Biaya-biaya
11.2 Problema-problema pokok bagi pendidikan dasar dan menengah
1 kelembagaan dan tidak efisien
Problema-problema tersebut adalah banyak sekali yang berkaitan-berkaitan dengan system pendidikan yang tidak efisien dan lamban
2 Manajemen dan intensif yang berubah-rubah
Problema-problema pendidikan ini sebagian disebabkan oleh tuntutan-tuntutan social yang teliti mengenai system pendidikan yang luas melebihi dana-dana dan sumber-sumber lain yang tersedia.
3 Peraturan yang merugikan tuntutan-tuntutan social pada tingkat pendidikan dasar
Begitu pentingnya pendidikan dasar bagi pembangunan nasional dan kondisi-kondisi tertentu dalam ekonomi social, dan cultural bagi negar-negara yangsedang berkembang, maka kita haruslah memperhiungkan/membahas system-sistem yang patut dan berguna untuk semua keperluan praktek dalam struktur dan isinya tidak berbeda dari Negara-negara yang sudah maju
11.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan belajar : beberapa sebab dan konsekuensi-konsekuensinya
- Lingkunngan keluarga, termasuk tingkat penghasilan, pendidikan orang tua, kondisi rumah/tempat tinggal, jumlah anak dan lan-lain
- interaksi kelompok, yaitu jenis anak-anak yang bergaul/ berhubungan dengan individu anak itu
- personality/ kepribadian, kemampuan/kecekapan dan kepandaian yang memang diwarisi oleh anak itu
- makanan yang bergizi dan kesehatan pada waktu awal (masih bayi)
11.3 Pendidikan Ekonomi dan pekerjan
1 Tuntutan permintaan dan persediaan/ penawaran dibidang pendidikan : hubungan antara kesempatan kerka dan tuntutan-tuntutan pendidikan
Permintan dan tuntutan terhadap pendidikan sudah cukup untuk mengkualifikasikan seseorang utntuk masuk kedalam kesempatan untuk memperoleh pekerjaan di sector modern :
- Upah/ dan penghasilan yang berbeda
-kemungkinan berhasil mendapatkan pekerjan disektor modern
-Biaya-biaya pendidikan yang langsung bagi pribadi
- biaya pendidikan yang tidak langsung atau biaya kebatalan
2 Perlunya mengurangi pengaruh tiruan/Artifisal dalam tuntutan-tuntutan terhadap pendidikan : titik pertemuan antara hasil dan biaya-biaya
Untuk menetralisir terhadap pendidikan menuju tingkatan-tingkatan yang lebih realistis :
- Menjadikan badan bantuan keuangan
- Mengurangi perbedan penghasilan antara sector-sektor moderndan sector-sektor tradisional
- Menjamin bahwa spesifikasi/ uraian pekerjan minimum tidah melebihi nilai pendidikan
- Memjamin bahwa upah disesuaikan dengan pekerjan, bukan dengan pendidikan yang diperoleh
11.4 Pendidikan Masyarakat dan pembangunan : beberapa masalah
1 Pendidikan dan pertumbuhan ekonomi
Suatu evaluasi mengenai peranan pendidikan dalam proses pembangunan ekonomi harus keluar dari analisi statistic tunggal pertumbuhan bersama
2 pendidikan ketimpangan dan kemiskinan
System-sistem pendidikan di berbagai Negara yang sedang berkembang lebih banyak menciptakan peningkatan ari pada mengurangi ketimpangan-ketimpangan penghasilan itu
3 Pendidikan Migrasi intern dan fertilitas/kesuburan
Menunjukkan bahwa pendidikan mempengaruhi mobilitas enaga kerja secara langsung dan harapan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar
4 Pendidikan dan pembangunan desa
Pembangunan desa haruslah ditinjau dalam konteks transformasi struktur ekonomis dan social, institusi-institusi hubungan dan proses di daerah pedesaan yang akan dicapai dalam jangka panjang





PEMBANGUNAN: GLOBALISASI DAN KETERGANTUNGAN

BAB I
PEMBANGUNAN:
GLOBALISASI DAN KETERGANTUNGAN
 Pendahuluan
Pembangunan yang berlangsung selama lebih dari setengan abad, sejak sesudah Perang Dunia II, telah mampu meningkatkan pendapatan rata-rata yang cukup tinggi pada hampir semua negara di dunia. Keadaan ini berlangsung sebagai akibat dari perkembangan teknologi yang sangat menakjubkan selama masa itu. Kemajuan teknologi telah meningkatkan kemampuan manusia untuk melipat gandakan kecepatan gerak, melakukan rangkaian pekerjaan yang jauh lebih banyak secara simultan dan mengendalikan kegiatan tanpa kehadiran manusia secara langsung, baik dalam jarak dekat maupun dari jarak jauh. Sebagai akibat dari teknologi itu, manusia telah mampu menempuh jarak yang amat jauh dalam waktu yang amat cepat.
Bersamaan dengan itu, dalam bidang komunikasi, hubungan menjadi sangat instan. Dengan teknologi yang ada pada saat ini, orang telah mampu mengakses informasi dari sudut dunia manapun dalam waktu hanya sekejap. Sesuatu yang sulit dibayangkan lima puluh tahun yang lalu. Hubungan antar manusia dari belahan bumi yang berbeda dengan mudah dapat berlangsung seperti diantara dua orang yang sedang bertatapan muka. Peralatanpun menjadi makin sederhana, sehingga secara mobil orang dapat berkomunikasi pada setiap saat dan dimana saja mereka berada. Sebab itu tingkat produksi rata-rata dunia meningkat cukup tinggi. Dengan kemajuan itu manusia telah mampu menghasilkan berbagai macam kebutuhan dalam jumlah yang jauh lebih banyak dengan berbagai variasi dan kualitas yang jauh lebih tinggi. Dengan demikian manusia seolah berada dalam satu dunia lain yang lain dari dunia masa lampau. Singkatnya, apa yang dapat dicapai dengan kemajuan teknologi pada saat ini, tidak pernah terbayangkan lima puluh tahun yang lalu. Ironisnya, kemajuan teknologi yang dahsyat itu belum mampu menghilangkan kemiskinan, memperbaiki nasib dan meningkatkan tingkat hidup dari bermiliar-miliar kaum dhu’afa yang tersebar diseluruh dunia.
Kemajuan teknologi dan kenikmatan hidup yang dicapai itu sayangnya hanya tersedia untuk sekelompok orang yang terbatas dalam kawasan tertentu atau di negara-negara tertentu saja, yang tak mungkin terjangkau oleh mereka yang hidup menderita dan tidur malam dengan perut setengah kosong dari negara-negara berkembang. Dengan kemajuan teknologi yang ada, sekelompok negara-negara maju menguasai hampir seluruh sumber daya yang ada “di bumi, air dan yang terkandung didalamnya” untuk kepentingan sekelompok kecil manusia saja, sambil meninggalkan limbah yang seringkali mencelakakan hidup orang-orang miskin yang ada disekitarnya.
Bersamaan dengan tingginya tingkat produksi dan pertumbuhan ekonomi rata-rata dunia pada saat ini, 1,2 miliar ummat manusia hidup dengan pendapatan kurang dari $ 1 sehari (1993 PPP US $), dan pada tahun 1998 terdapat 2,8 miliar manusia hidup dibawah $ 2 sehari. Dalam bidang kesehatan, kemajuan teknologi telah mampu melakukan pembuahan buatan dan bayi tabung, serta teknologi cloning. Tetapi, 968 juta ummat manusia masih hidup tanpa akses terhadap sumber air, 2,4 miliar manusia tak ada akses terhadap sanitasi kesehatan yang paling dasar sekalipun. 34 juta hidup dengan mengidap HIV/AID, 11 juta balita mati setiap tahun karena berbagai sebab yang sesungguhnya dapat dicegah. (UNDP, Human Development Report 2001: 9; Stiglitz, 2002: 253).
Bersamaan dengan itu, perkembangan teknologi juga telah mendekatkan hubungan antar negara, yang pada gilirannya telah mengakibatkan ketergantungan negara-negara miskin pada sebagian negara-negara kaya. Baik dalam konsumsi, investasi maupun dalam berbagai kebijakan publik. Pertanyaannya, mengapa dengan kemajuan teknologi yang tinggi itu manusia masih tetap belum mampu mengatasi derita dari sejumlah besar kaum dhu’afa tersebut? Dan mengapa dengan kemajuan itu, ketergantungan negara-negara miskin pada beberapa negara kaya menjadi makin intensif, sekalipun secara formal mereka sudah menyatakan diri sebagai negara merdeka yang berdaulat? Sementara ketergantungan dan ketimpangan hidup itu makin melebar, pengertian tentang makna dan tujuan pembangunan yang sesungguhnya masih merupakan perdebatan dan pembahasan yang belum tuntas.




BAB II
PEMBAHASAN

 Makna dan Tujuan Pembangunan
Selama masa yang panjang itu, pengertian tentang pembangunan berkembang sesuai dengan perkembangan pemahaman orang tentang tujuan pembangunan. Secara umum pembangunan dimaksudkan untuk mewujudkan kondisi yang lebih baik di masa depan daripada kondisi yang ada pada waktu sekarang (walal akhiratu khairul laka minal ula, QS, 93 : 4). Ini mengandung pengertian bahwa masyarakat selalu berada dalam kondisi yang dinamis. Dalam masyarakat yang dinamis, kondisi masa depan itu berada dalam proses perubahan dan perkembangan sepanjang waktu (dynamic change). Proses perubahan itu menggambarkan rangkaian perubahan yang bergerak kearah kondisi yang lebih baik. Perubahan itu tidak boleh hanya berlangsung dalam wawasan yang sempit, yang hanya terjadi pada sebagian anggota masyarakat saja, sementara sebagian besar lain tetap tidak berubah. Perubahan itu bersifat menyeluruh (the whole society), yang berlangsung secara bertahap dari satu kondisi kekondisi yang lain.
Sehubungan dengan hal di atas, ada dua hal yang berhubungan dengan proses pembangunan tersebut. Pertama, bahwa pembangunan itu berorientasi ke masa depan (future oriented). Artinya kondisi yang lebih baik itu ada di masa yang akan datang, yang harus dicapai melalui serangkaian upaya atau strategi. Kedua, pencapaian tersebut tidak seketika dapat terwujud. Ada jangka waktu yang perlu ditempuh dan memerlukan kesabaran atau upaya yang bersifat terus menerus. Dengan kata lain, pembangunan tidak dapat dilakukan hanya dalam sekejap dan dengan sekali pukul, sekali jadi. Tetapi meemerlukan kerja keras yang berkesinambungan. Dan itu tidak berlangsung secara sporadis, melainkan melalui perubahan yang direncanakan dan dilakukan secara bersahaja. Sebab itu dapat dipahami bila tujuan pembangunan itu menjadi cita-cita bersama yang diinginkan (preferable) oleh seluruh anggota masyarakat.

Sejalan dengan perkembangan baru, pembangunan tidak lagi dapat dilihat hanya terbatas dalam bidang ekonomi, tetapi telah meliputi berbagai bidang kehidupan. Maka itu makna pembangunan juga menjadi lebih luas. Karena itu indikator yang dipakai untuk mengukur perkembangan pembangunan juga menjadi lebih luas dari sekedar indikator-indikator ekonomi saja. Dalam bidang kebijakan publik, kriteria yang dipakai dalam proses perumusan strategi/kebijakan pembangunan juga berubah. Artinya kriteria yang dipakai tidak lagi sekedar kriteria ekonomi seperti tingkat pertumbuhan pendapatan, pertumbuhan konsumsi, investasi, tingkat pertumbuhan dan jumlah ekspor atau impor dan sebagainya. Tetapi juga mencakup tingkat kesehatan masyarakat, harapan hidup, tingkat pendidikan masyarakat, ketergantungan politik dan ekonomi keluar negeri, kemampuan kemandirian sebuah daerah otonom dan lain-lain.
Dilihat pada perubahan orientasi ini, selama beberapa decade terakhir terdapat tiga kecenderungan pengertian yang dipakai dalam mengukur keberhasilan pembangunan suatu negara. Ketiga pengertian tersebut menggambarkan pemahaman orang tentang pembangunan. Pengertian itu pada waktu yang lalu sering disebutkan sebagai Trilogi Pembangunan yang tercermin dalam prioritas Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) di Indonesia. Yang pertama pengertian berdasarkan tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita. Jumlah total produksi nasional (GNP atau GDP) dibagi dengan jumlah penduduk. Ukuran ini menjadi satu-satunya ukuran yang sangat dominan sampai pada awal tahun 70-an. Tetapi karena berbagai kelemahan yang ada, pengertian ini mendapat kritik dari banyak pihak. (Mahbub ‘ul Haq, 1976, H.B.Chenery, 1979, Everett E. Hagen, 1980, E. Wayne Nafziger, 1990, J.G.Williamson, 1991).
Diantara beberapa kelemahan yang dikritik para ahli itu adalah, pertama, perhitungan pendapatan nasional hanya dilakukan berdasarkan nilai pasar. Akibatnya, komponen-komponen pendapatan atau beberapa kegiatan produktif yang tidak dapat diukur dengan harga pasar, terabaikan. Pekerjaan ibu rumah tangga misalnya, tidak termasuk dalam perhitungan pendapatan naasional, sementara kegiatan pembantu, termasuk dalam perhitungan tersebut. Kedua, perhitungan pendapatan per kapita pada umumnya didasarkan pada nilai mata uang dolar (US $). Padahal daya beli dalam negeri sesuatu mata uang seringkali tidak sama dengan nilai tukar mata uang yang bersangkutan terhadap dolar. Ketiga, pengertian berdasarkan pendapatan per kapita mengabaikan unsur keadilan masyarakat dan pemerataan. Pendapatan per kapita sebagai hasil-bagi dari total pendapatan terhadap jumlah penduduk boleh jadi meningkat karena peningkatan total pendapatan yang lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan penduduk. Padahal peningkatan total pendapatan itu boleh jadi hanya berasal dari pendapatan sekelompok kecil anggota masyarakat. Akibatnya, pembangunan dianggap telah berlangsung secara meyakinkan, sementara sebagain besar penduduk lain, tidak mengalami perubahan. Dampak dari pengertian yang demikian terlihat pada pemihakan berbagai kebijakan publik pada kepentingan golongan yang berpendapatan tinggi.
Karena itu, pada bagian akhir tahun 1970-an, timbul kecenderungan untuk menggantikan atau melengkapi pengertian berdasarkan ukuran pendapatan per kapita dengan pemerataan pendapatan diantara penduduk. Pembangunan dianggap berhasil, kalau sebagian besar penduduk dapat menikmati hasil dari pembangunan itu. Jadi, disamping pertumbuhan, diperlukan adanya pemerataan pendapatan antar kelompok atau golongan dalam masyarakat. Perhitungan yang demikian antara lain ditunjukkan dengan ketimpangan ekstrim, ketimpangan sedang dan ketimpangan moderat. Sejak masa itu, pemerataan (equality) menjadi pertimbangan penting dalam proses perumusan kebijakan publik. Tetapi kemudian, pengertian tersebut juga tidak sepenuhnya diterima para ilmuan. Persolannya terletak pada pertimbangan keadilan dalam berusaha. Pengertian ini dianggap masih kurang tepat, karena pemerataan hanya berdasarkan hasil dari pembangunan, bukan pembangunan itu sendiri.
Dalam hal ini, ada dua pertimbangan yang dapat dikemukakan. Pertama, pemerataan hasil mungkin terjadi hanya karena sebagian kecil anggota masyarakat bekerja dengan sungguh-sungguh dalam pembangunan, sedangkan sebagian besar lainnya tidak bekerja apa-apa dan tidak ikut mengahasilkan sesuatu, tetapi ikut menikmati hasil-hasil pembangunan. Kedua, proses pembangunan hanya berlangsung dalam lingkungan yang terbatas dan berada dalam kekuasaan atau dominasi sebagian kecil penduduk. Dengan kata lain, terdapat ketergantungan dari sebagian besar penduduk berpendapatan rendah pada sebagian kecil dari mereka yang berpendapatan tinggi. Kelemahan ini terjadi karena strategi produksi tidak disusun senyawa dengan strategi distribusi (Mahbub ‘ul Haq, 1976: 32 – 34)

Kemudian, sejak awal tahun 1980-an timbul pengertian yang melihat pembangunan sebagai pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya. Artinya, pembangunan baru dianggap sukses kalau terjadi pemerataan kegiatan pembangunan diantara berbagai golongan dalam masyarakat dan terdapat pemerataan hasil-hasil dari kegiatan itu. Pemerataan disini bukan terjadi karena pembagian pendapatan dari hasil usaha orang lain, tetapi sebagai hasil usahanya sendiri. Dengan kata lain terdapat partisipasi aktif dari sebagian besar anggota masyarakat dalam pembangunan. Yang dimaksudkan dengan partisipasi aktif disini adalah bahwa keterlibatan mereka dalam pembangunan bukan karena ada desakan atau tekanan dari luar, tetapi sebagai pilihan berdasarkan kemauan sendiri sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Pengertian kemauan menyangkut azas demokrasi, sebagai hak dari setiap warga negara. Sebagai warga negara, disamping mempunyai hak, dia juga mempunyai tanggungjawab yang harus dipikulnya. Sementara kemampuan menyangkut keperluan adanya pendidikan dan pengembangan ketrampilan. Ini berkaitan dengan kewajiban pemerintah untuk pemberdayaan dan pengembangan kemampuan sumberdaya manusia. Singkatnya, pembangunan baru dianggap berhasil kalau secara terus menerus terdapat pemberdayaan dan pengembangan kemampuan rakyat untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan dan menikmati hasil-hasilnya.
 Globalisasi
Perkembangan teknologi seperti telah dikemukakan terdahulu membawa dunia berada dalam era baru, era informasi. Dalam era ini terjadi interelasi dalam hampir seluruh bidang kehidupan. Tidak hanya dalam masing-masing bidang, tetapi juga antara satu bidang dengan bidang lain. Bidang bisnis terkait erat dengan bidang keuangan, bidang produksi dengan bidang konsumsi, bidang pemerintahan dengan kehidupan rakyat. Dalam era ini, segala sesuatu menjadi terbuka karena informasi melintas melampaui tembok-tembok pengamanan dan batas-batas negara. Pemerintah tidak dapat lagi menutup diri, mengambil sesuatu keputusan atau membuat sesuatu kebijakan terlepas dari rakyat. Bersamaan dengan itu terjadi perubahan paradigma atau cara berpikir dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai kemakmuran seseorang atau suatu masyarakat, misalnya, tidak lagi diukur berdasarkan jumlah kekayaan (property) seperti halnya pada era pertanian, atau pada ukuran pemilikan modal (the accumulation of capital) pada era industri. Tetapi itu diukur pada penguasaan dan kemampuan memanfaatkan informasi. Singkatnya, informasi telah menggantikan kedudukan kekayaan dan modal dalam kehidupan bermasyarakat. Keadaan ini selanjutnya menjadi landasan dan memberi dukungan pada munculnya dan berkembangnya kegiatan ekonomi dan bisnis yang berskala internasional. Perdagangan meluas membawa keterkaitan antara produksi dan konsumsi secara internasional. Ini ditopang oleh puluhan dan bahkan ratusan perusahaan-perusahaan transnasional yang menguasai sumberdaya dan pasar diseluruh dunia. Pada saat ini, di Asia Tenggara saja terdapat tidak kurang dari 130 perusahaan transnasional milik Jepang, Eropa dan Amerika Serikat. Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain bergerak dalam bidang-bidang elektronik, pembuatan mobil, metal, telekomunikasi dan petrokimia. Proses integrasi antar negara dan antar masyarakat di seluruh dunia ini, yang disebut globalisasi, membawa berbagai dampak.
Baik yang positif maupun yang negatif. Dampak positif timbul sebagai manfaat dari perkembangan potensi akal manusia (improvement of human potential) untuk mampu menguasai lingkungan. Dengan itu, alam yang diciptakan Allah untuk kepentingan manusia, sampai batas tertentu, dimanfaatkan secara optimal. Tetapi kemampuan memanfaatkan itu seringkali tidak disertai oleh batasan-batasan keimanan, yang pada gilirannya telah merusakkan alam dan kehidupan sesama manusia. Manusia yang diberi kesempatan untuk menikmati alam sebagai karunia, karena keserakahannya, telah menciptakan sebab dari timbulnya bencana yang menimpa manusia itu sendiri. Sayangnya, karena kebodohannya, bencana itu menimpa mereka yang tidak berdaya ketimbang mereka yang menciptakan kerusakan. Bersamaan dengan adanya dampak negatif sebagai akibat dari keserakahan yang disertai dengan kemampuan tersebut, telah menimbulkan pula ketergantungan negara-negara berkembang pada negara-negara maju.
Negara-negara berkembang yang pada umumnya merupakan negara-negara bekas jajahan, sekalipun sudah memperoleh kemerdekaan setelah Perang Dunia II, namun belum mampu melepaskan diri dari ketergantungan pada negara-negara bekas penjajah. Keadaan ini tidak saja disebabkan karena mereka tidak mampu untuk berdiri sendiri, tetapi juga karena doktrin yang diterima membenarkan ketergantungan itu. Sebab itu, dalam perkembangan dunia sekarang, ketergantungan itu meluas, tidak saja pada negara-negara bekas penjajah, tetapi juga pada negara-negara kuat lainnya. Karena ketergantungan itu lebih berdasar pada keyakinan dan pemahaman yang dianggap keliru, maka para penganjur teori dependency dan ilmuan strukturalis, antara lain seperti Prof. Dr. Mubiyarto, Prof. Dr. Sri-Edi Swasono, Prof. Dr. Sritua Arief di Indonesia dan Fernando H. Cardoso, Samir Amin, David Gould di belahan dunia lain menganjurkan adanya rekonstruksi terhadap pemikiran dan pengajaran pembangunan dan ilmu ekonomi di Perguruan-Perguruan Tinggi dari terori yang hanya berorientasai pada teori Neo-Klasik kepada pemikiran dan ajaran yang lebih realistis. Globalisasi yang dilandasi oleh teori kebebasan pasar dari Neo Klasik itu menjadi tidak realistis terhadap kondisi negara-negara berkembang. Keadaan ini diperparah lagi karena sikap munafik dan perlakuan yang tidak fair dari negara-negara maju dalam menerapkan konsep pembangunan yang digagasinya sendiri terhadap negara-negara berkembang.
Konsep pembangunan berdasarkan pasar bebas menjadi strategi global melalui sebuah konsensus antara IMF, World Bank dan US Treasury, yang disebut sebagai “Washington Consensus” pada tahun 1980. Konsep yang disepakati itu disebut mereka sebagai strategi yang “tepat” untuk negara-negara berkembang. Strategi tersebut menurut Stiglitz lebih berorientasi pada permasalahan yang dihadapi negara-negara Amerika Latin yang kehilangan kontrol terahadap Anggaran Belanja Negara dan inflasi. yang cukup tinggi pada waktu itu. Konsep itu melalui IMF hendak dipaksakan bagi semua negara, sekalipun kondisi makro dan mikro dari negara-negara-negara tersebut tidak sama.
Sebab itu menurut Stiglitz, konsep IMF itu lebih banyak membawa bencana ketimbang manfaat bagi negara-negara berkembang. Konsep persaingan bebas yang tidak seimbang antara kekuatan raksasa dari negara-negara maju dengan negara-negara berkembang yang miskin dan masih lemah benar-benar tidak masuk akal. Di samping itu terdapat sikap hipokrit dari negara-negara maju. Di satu pihak menganjurkan liberalisasi pasar dengan penghapusan proteksi dan subsidi pada negara-negara berkembang, dilain pihak, pada saat yang sama memperlakukan proteksi dan subsidi terhadap hasil-hasil pertanian dari negaranya sendiri. Sebab itu tidak heran kalau konsep globalisasi yang demikian mendapat kritik tajam diseluruh dunia (Stigliz, 2002: 3-22; dan p. 23 – 52).


 Ketergantungan
Ketergantungan negara-negara berkembang pada negara-negara maju menjadi lebih intensif melalui proses globalisasi yang digagaskan negara-negara maju itu. Tetapi sebab dari ketergantungan tersebut secara inheren sebenarnya sudah terlebih dahulu ada. Ketergantungan itu dapat dijelaskan melalui dua pendekatan, pendekatan historis dan pendekatan struktural. Pandangan historis melihatnya pada perkembangan pembangunan sepanjang waktu yang terjadi di Amerika Latin dan Afrika. Seperti sudah disebutkan diatas, sekalipun negara-negara bekas jajahan telah menyatakan kemerdekaan, namun masih tetap menjadi satelit dari negara bekas penjajah. Proses pembangunan di negara-negara tersebut tidak berorientasi pada kepentingan rakyatnya, tetapi lebih cenderung menjadi pelayan bagi negara-negara induk bekas penjajah. Akibatnya, pembangunan menjadi tidak realistis terhadap lingkungan dan kondisi masyarakat yang ada. Sementara pendekatan structural menjelaskan ketergantunngan ini sebagai akibat dari ketidak-selarasan kepentingan atau living condition antar kelompok dan antar negara (Johan Galtung, dalam Siregar, 1991: 131; Cardoso et.al, 1979: xiv -xviii).
Menurut pendekatan Struktural ini, dunia dapat dibagi atas dua bagian yang terdiri dari bangsa-bangsa atau negara-negara Pusat dan negara Pinggiran. Pada tiap negara, baik negara Pusat maupun negara Pinggiran ada kolompok masyarakat pusat dan kelompok masyarakat pinggiran. Dengan demikian di negara Pusat ada kelompok pusat-Pusat dan ada kelompok pinggiran-Pusat. Demikian juga pada negara Pinggiran, ada pusat-Pinggiran dan pinggiran-Pinggiran. Interaksi antara negara maju dengan negara miskin selanjutnya menjadi hubungan yang bersifat dominasi yang bersifat permanen oleh negara maju (negara Pusat) terhadap negara berkembang (negara Pinggiran), yang disebut sebagai imperialisme.
Pengertian imperialisme disini tidak sama dengan penaklukan dengan kekuatan senjata atau penjajahan politik yang dapat hapus dengan adanya kmerdekaan suatu negara. Hal ini berlangsung secara permanen karena tiga kondisi:
1. ada keselarasan hubungan antara kelompok masyarakat pusat dalam negara Pusat dengan kelompok masyarakat pusat dalam negara Pinggiran.
2. ketidak selarasan hubungan antara kelompok masyarakat pusat dengan kelompok masyarakat pinggiran di negara Pinggiran lebih besar daripada ketidak selarasan hubungan antara kelompok masyarakat pusat dengan kelompok masyarakat pinggiran di negara Pusat.
3. tidak ada keselarasan hubungana antara kelompok masyarakat pinggiran dalam negara Pusat dengan kelompok masyarakat pinggiran dalam negara Pinggiran..
Dalam keadaan demikian dapat dimengerti kalau kelompok elit (kelompok masyarakat pusat) dinegara Pinggiran lebih cenderung membela kepentingan elit (kelompok masyarakat pusat) di negara maju ketimbang membela kepentingan masyarakat miskin (kelompok masyarakat pinggiran) dinegaranya sendiri. Sementara kelompok amsyarakat pinggiran di negara maju lebih cenderung membela kepentingan elit (kelompok masyarakat pusat) di negaranya sendiri ketimbang kepentingan sesama kelompok pinggiran dari negara pinggiran. Dengan demikian kelompok masyarakat miskin di negaara berkembang menjadi kelompok yang dipinggirkan atau dikorbankan.Konsekuensi dari posisi dan hubungan yang demikian mengakibatkan adanya interaksi yang bersifat asimetris. Yakni proses interaksi yang makin melebarkan ketimpangan antara negara Pinggiran (negara berkembang) dengan negara
Pusat (negara maju). Pengaruhnya terlihat pada berbagai keuntungan dan dominasi yang lebih besar bagi negara maju dalam bidang ekonomi, politis, dalam struktur hubungan internasional, militer, komunikasi, pendidikan, psikologis dan pengaruh sosial lainnya. (Johan Galtung, 1991: 136-143). Proses asimetris ini tidak dapat diralat sekedar dengan kebijakan moneter atau dengan menaikkan harga penjualan bahan mentah, karena hal itu tidak dapat menyumbang pada ketimpangan pengaruh antar aktor dan stakeholders dari proses tersebut. Sayangnya, seperti yang dikemukakan Prof. Dr. Sri-Edi Swasono (Sri-Edi Swasono, 2003: p. 16), studi ilmu ekonomi selama ini masih kurang menaruh perhatian terhadap struktur sosial dan proses interaksi yang demikian. Sebab itu diperlukan adanya pengkajian ulang terhadap studi ekonomi dan pembangunan untuk lebih menaruh perhatian pada kajian tentang struktur sosial dan politik serta pada perkembangan antar waktu dari pengaruh yang timbul dari hubungan tersebut. Kalau tidak, kjian itu akan menjadi tidak realistis terhadap lingkungan masyarakat yang ada.

BAB III
PENUTUP
 Kesimpulan
1. Perkembangan teknologi telah dapat meningkatkan kemampuan manusia untuk menguasai lingkungan, meningkatkan kecepatan gerak, mempermudah hubungan antar manusia dan meningkatakan jumlah dan jenis produksi yang jauh lebih banyak daripada yang dapat dilakukan lima puluh tahun yang lalu. Akan tetapi, bersamaan dengan itu, bermiliar-miliar ummat manusia masih hidup pada tingkat kemiskinan yang amat parah diseluruh dunia.
2. Perkembangan teknologi itu juga telah menyebabkan terjadinya globalisasi atau proses integrasi antar negara dan antar masyarakat diseluruh dunia menjadi lebih intensif. Namun karena inisiatif dari interaksi tersebut datangnya dari negara-negara maju, proses itu lebih banyak mewakili aspirasi dan kepentingan negara-negara maju. Akibatnya, hubungan itu menjadi asimetris, sehingga lebih memperlebar kesenjangan dan ketergantungan negara-negara berkembang pada negara-negara maju...
3. Karena ketergantungan dan proses interaksi tersebut lebih banyak berakar pada kajian bidang-bidang ilmu lain diluar kajian ilmu ekonomi konvensional, studi pembangunan dan ilmu ekonomi di Indonesia masih kurang menaruh minat pada studi struktural dan akibat-akibat yang ditimbulkannya sepanjang waktu. Sebab itu sangat dianjurkan untuk segera melakukan kajian ulang dan restrukturisasi kurikulum dalam studi pembangunan dan ilmu ekonomi yang terlalu berorientasi pada teori Neo Clasik kepada kajian yang lebih realistis.


Daftar Pustaka

Arief, Sritua, Indonesia Tanah Air Beta, Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2001.
Cardoso, Fernando Henrique and Enzo faletto, dependency and development in Latin America, (translated), Berkeley, Los Angeles: University of California Press, 1979.
Legrain, Philippe, Open World: The truth about Globalisation, London: Abacus, 2003.
Mubyarto, membanguan Sistem Ekonomi, Yogyakarta: BPFE, 2000.
------------, Ekonomi Pancasila, Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UGM, 2002.
------------ and Daniel W. Bromley, Development Alternative for Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2003.
Reynolds, Christopher, Global Logic, The Challenge of Globalization for Southeast Asian Business, Singapore and New York: Prentice Hall, 2002.
Siregar, Amir Effendi, (ed.) Arus Pemikiran Ekonomi Politik, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1991.
Stiglitz, Joseph, Globalization and Its Discontents, London: Allen Lane, Penguin Books, 2002.
Swasono, Sri-Edi, Ekspose Ekonomika: Kompetensi dan Integritas Sarjana Ekonomi, Jakarta: UI – Press, 2003.