Sabtu, 17 November 2012
MENYOAL PARPOL DAN ARTIS
Membaca pemberitaan dikoran Pontianak Post tertanggal 15 dan 16 November 2012 serta pemberitaan di media elektronik tentang artis akan terjun kedunia politik sangat mengelitik hati penulis untuk memberikan tanggapan. Telah kita ketahui pasca reformasi 1998 kebebasan rakyat dalam dunia politik kian terbuka lebar. Semua kalangan dari berbagai latar belakang profesi, golongan, status sosial dan sebagainya berhak untuk menentukan sikap politik; memilih dan dipilih. Seiring waktu berjalan, tidak tertinggal kalangan artis yang bermodal keteranan dan pamor ikut andil masuk keranah politik. Sebagian besar artis yang berani terjun ke panggung politik, sukses menjadi orang nomor 1 atau no 2 di daerah tingkat kabupaten dan provinsi. Di dalam parleman ( DPRD Kabupaten, DPRD Provinsi dan DPR RI) artis juga tidak kalah bayaknya terpilih.
Pergeseran kondisi dunia perpolitikan pada pra reformasi dan pasca reformasi sudah sangat berubah, dulu kalangan militer lebih dominan berkuasa dipanggung politik akan tetapi kondisi sekarang sudah mengarah ke kalangan artis. Buktinya banyak artis yang sudah menduduki jabatan politik, wacana yang berkembang dan terbaru sekarang ini yaitu posisi RI 1 tahun 2014 sudah di Incar kalangan artis. Bukti kongrit yang sekarang juga lagi dalam proses pertarungan politik antar artis di pangung politk terdapat di provinsi Jawa Barat, dimana dari 4 pasang calon Gubernur dan wakil Gubernur di setiap pasangan calon ada sosok artis masuk bursa pesta demokrasi tersebut. Proses rekrutmen seorang artis ataupun masyarakat pada umumnya untuk menjadi kepala daerah atau anggota dewan tentunya melalui PARPOL karena begitulah sistem politik kita dan hal tersebut juga sudah di amanatkan dalalam undang – undang. Kekuasaan penuh dan secara mutlak terletak di PARPOL dalam menentukan calon kepala daerah atau anggota dewan walaupun di PILKADA calon kepala daerah bisa melalui calon independen.
Ada pertanyaan yang besar dan setengah menggugat yang terlintas di benak kita berkaitan dunia politik dan dunia artis. Apakah memang benar dan tepat bahwa partai sebagai wadah melahirkan kepala daerah atau anggota dewan yang sungguh memperjuangkan kepentingan rakyat. Mengapa penulis bertanya demikian, dikarenakan penulis sanksi bahwa partai politik hanya lebih mengutamakan kekuasaan dan kepentingan partainya dengan mengusungkan artis yang bermodal pamor, ketenaran dan sensasi tersebut. Di sisi lain penulis bukan meragukan juga secara menyeluruh kemampuan, elektibilitas, integritas dan kepemimpinan artis. Penulis berpendapat bahwa bukan kah alangkah baiknya PARPOL lebih mengutamakan kader partainya untuk diusung sebagai calon karena proses kaderisasi dan pembelajaran organisasi jelas jalurnya sedangkan artis harus menyesuaikan dulu dengan dinamika dan sistim politik yang berlaku. Jangan sampai Parpol mengedepankan pragmatisme dalam menentukan calon. Seorang artis juga harus berpikir global dan lebih mengukur diri walaupun hak terbuka lebar untuknya. Memimpin suatu jabatan dengan power yang ada bukan hanya semata untuk duduk dan berkuasa akan tetapi jauh dari itu yaitu memperjuangkan kepentingan rakyatnya. Hidup mahasiswa dan hidup rakyat.
Oleh : Dedi
Mahasiswa Fisipol UNTAN
di terbitkan Di Pontianak Post,01 Desember 2012 Kolom Hallo Publik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar