Hobi yang dikombinasikan dengan skill serta kemauan mengatarkan Subandi suskses lewat lembaga pelatihan. Jatuh bangun dalam usaha itu bagian hidupnya.
Subandi pria kelahiran Malang, 16 Febuari 1969 ini sudah acap kali jatuh bagun dalam merintis usaha. Sudah beraneka usaha yang ia tempuh dan jalani. Mulai dari nol hingga kepuncak kesuksesan sudah ia rasakan. Pria lulusan Institut Teknologi 10 September Surabaya ini dulu pernah sebagai penyedia jasa catering sebuah perusaaha di Surabaya. Dalam satu hari ia bisa menjual 1200 paket catering. Dalam waktu tiga bulan ia sudah mampu membeli mobil dan rumah dari hasil usahanya. Meski demikian apa yang ia jalankan tidak sesuai dengan hobi dan skil yang ada pada dirinya. Jasa cetering yang begitu sukses akhirnya pelan tapi pasti pudar. Banyak persoalan yang ia hadapi mulai dari mobil pengangkut cetering tercebur ke sungai hingga beberapa persoalan lainya membuat ia tidak bisa bertahan.
Dari hal itu, ia kembali lagi keusahan sebelumnya sebagaimana skill dan hobinya yaitu berprofesi sebagai seorang teknisi barang elektronik termasuk teknisi HP. Sejak dia masih muda dia sangat suka dan merasa menikmati jika berhubungan ektronika. Sehingga untuk mendukung hobinya tersebut ia kuliah di pergurua tinggi Istitut teknologi dan ikut berbagai pelatihan berkaitan elektronik.
Pada tahun 2007, Bapak dua anak ini akhirnya memberanikan diri untuk hijrah dan mengadu nasib di Kota Pontianak. Ia bersama istri dan anaknya bertekad untuk membuka usaha sebagiamana hobi dan skill yang ia miliki. Karena mengalami kebangkrutan dari usaha sebelumnya, Subandi berwirausaha kembali hanya bemodal seperangkat alat servis HP saja.
Awal mulanya usaha servisnya, ia bagi hasil dengan pemilik berbagai konter seluler yang ada di kota Pontianak. Satu di antar tempat servisnya di pasar mawar. Seiring waktu berjalan dan ia juga sudah tahu pasaran servis Hp serta keinginanya untuk mandiri dalam berusaha ia memutuskan untuk membuka tempat sendiri. Untuk membuka usaha sendiri, modal menjadi permaslahan utamanya.
Meski modal menjadi masalah utama suami dari Nurita Handayani, hal itu tidak membuat ia habis pikir.
Setelah berfikri panjang ia punya strategi tersendiri dalam berwirausahan. Kegagalan banyak memberikan pelajaran dan ilmu usaha yang kreatif. Di Jalan Danau Sentarum, ada sebuah ruku yang hanya separuh saja terbakar. Ia dan istrinnya melihat ruku tersebut menjadi peluang untuk tempat ushanya. Ia lansung mencari pemilik ruko dan ingin menyewanya. Pemilik ruko agak terkejut dengan keinginanaya karena ingin menyewa ruko yang terbakar.
Subandi menerangkan dengan pemilik ruko akan mengunakan ruko tersebut untuk membuka tempat servis Hp dan membuka pelatihan desain grafis. Akhirnya pemilik ruko menyerahkan ruko tersebut kepadanya dengan sewa seadanya. Subandi dan istrinya pun memperbaiaki dan mengecat ruko tersebut menjadi tempat servis dan pelatihan yang layak. Secara ekonomi, apa yang ia lakukan sangat minim sekali modal yang ia gunakan daripada harus mengontrak ruko yang bagus. Apalagi modal yang ia miliki sangat minim.
Waktu pun berjalan, usahanya juga
lancar banyak yang servis dan peserta pelatihan juga lumayan. Masa sewa ruko telah tiba.
Kembali lagi keterbatasan modal dalam hal sewa tempat membuat ia harus berpikir lebih kreatif lagi. Akhirnya ia punya ide dan itu sangat membantu dia. Dia menyewa ruku yang di mana ruko tersebut oleh pemiliknya dipasang plang dengan tulisan dijual. Dia memperhatikan dan itu betul bahwa ruku yang akan dijual akan baru laku setelah dipasang plang dijual dalam waktu satu tahun dan bahkan lebih. Dengan hal itu, ia berinisiatif lagi untuk menyewa ruko tersebut dengan pemiliknya dengan syarat ia siap pindah jika ada pembelinya. Sang pemilik ruko menyewakan dengan harga jauh lebih murah yaitu Rp. 250000/bulan dengan dalil daripada ruko kosong tanpa pengasilan. Sedangkan jilka ia mengotrak ruko saat itu harus mengeluarkan kocek Rp 20 juta pertahun. Bayangkan berapa keutunggan yang didapat dari strateginya, meskipun dengan resiko sewaktu- waktu ia harus pindahjika ada pembeli.
Di saat ia sudah suskses di dunia pelatihan dan servis. Ia tergiur juga dalam usaha property. Ia tergiur karena cerita teman dan kerabatanya. Ia pun berinvestasi dalam usaha property. Pada awalanya ia mengalami keuntungan fantastik di mana keuntungan penjualan rumah 50. Juta perunit. Ia semakin berani berinvestasi. Namun berhubung bukan jalan ia menuju kesuksesan sejati ia harus rela tertipu oleh pekerja property dan uangya pun dibawa kabur entah kemana. Dengan hal itu ia mengalami kerugian yang lumayan banyak.
Saat ini ia sudah kapok berwirusaha dengan usaha tidak sesuai dunia hobi dan skillnya. Dengan kejadian tersebut ia berkesimpulan untuk usaha harus disesuaiakn hobi dan skill serta strategi.
Meskipun sempat terpurak dan harus memulai lagi dari nol. Subandi terus berusaha bangkit sehingga saat ini ia bisa membuka lagi lembaga pelatihanya dengan nama LPK Flashcomm. Untuk saat ini peserta didiknya sangat banyak hingga 500 orang. Selain itu ia juga ditunjuk oleh beberap instansi pemerintah prov Kalbar untuk menjadi mitra atau pelatih di di setiap kegiatan dinas Tenaga kerja, Dispora dan Dinas Sosial terkait elktronika.
Adapun nama lembaga yang saat ini mengatara ia kembali bangkit adalah LPK Flashcomm di jalan Ampera Kota Baru Pontianak atau di depan Puskesmas Kota Baru.
LPK Flashcomm sebuah lembaga pelatihan dan kursus, yang mencetak SDM manusia Kal-bar yang profesional dalam bidang perbaikan / service elektronika spesialisasi teknisi hp, teknisi laptop, design grafis dan mutimedia printing. Ia membuka program pelatihan untuk umum dan instansi pemerintah serta perusahaan swasta.
LPK Flashcomm juga merupakan salah saatu lembaga pelatihan dan kursus yang sudah mendapat akreditasi B dari Lembaga akreditasi - LPK Kementerian Tenaga kerja Republik Indonesia. dan LPK Flashcomm mempunyai prestasi dalam lomba apresiasi, 2 tahun berturut turut menjadi wakil Kalbar dalam lomba Apresiasi PTK PAUDNI di Jakarta dan Batam
Ada intrik dan taktik agar usahan pada LPK Flashcomm menjadi tempat yang diminati oleh banyak orang/ peserta didiknya.
Hal tersebut antara lain ia mewajibakan seorang peserta didik untuk membawa barang rusak terkait jurusan yang peserta didiknya ambil. Seperti jurusan servis Hp. Peserta harus bawa HP rusak minimal 3 buah, lebih banyak lebaih baik lagi. Dari apa yang ia terapkan tersebut membuat ia tidak perlu membeli barang rusak dan harus mengeluarakan uang dari lemabaganya. Hal terpenting dari itu menurutnya adalah peserta didik selain bisa promosi terhadap dirinya sendiri sebagai calon teknisi ia juga mendapatkan uang dari apa yang ia perbaiki. Uang yang didapat tersebut untuk siswanya. Sebagian besar siswanya bisa dikatakan gratis untuk pelatihan di mana biaya pelatihan sekitar 1.5 juta perorang perpaket bisa ditutupi dengan mereka memperbaiaki barang yang mereka bawa. Barang yang mereka bawa dari orang. Jika itu sudah diperbaiki maka secara otomatis peserta didiknya sebagian besar pasti di beri imbalan oleh pemiliknya. Kembali lagi dari imbalan tersebut bisa membatu peserta didiknya untuk menutupi biaya pelatihanya. (dedi)
Subandi pria kelahiran Malang, 16 Febuari 1969 ini sudah acap kali jatuh bagun dalam merintis usaha. Sudah beraneka usaha yang ia tempuh dan jalani. Mulai dari nol hingga kepuncak kesuksesan sudah ia rasakan. Pria lulusan Institut Teknologi 10 September Surabaya ini dulu pernah sebagai penyedia jasa catering sebuah perusaaha di Surabaya. Dalam satu hari ia bisa menjual 1200 paket catering. Dalam waktu tiga bulan ia sudah mampu membeli mobil dan rumah dari hasil usahanya. Meski demikian apa yang ia jalankan tidak sesuai dengan hobi dan skil yang ada pada dirinya. Jasa cetering yang begitu sukses akhirnya pelan tapi pasti pudar. Banyak persoalan yang ia hadapi mulai dari mobil pengangkut cetering tercebur ke sungai hingga beberapa persoalan lainya membuat ia tidak bisa bertahan.
Dari hal itu, ia kembali lagi keusahan sebelumnya sebagaimana skill dan hobinya yaitu berprofesi sebagai seorang teknisi barang elektronik termasuk teknisi HP. Sejak dia masih muda dia sangat suka dan merasa menikmati jika berhubungan ektronika. Sehingga untuk mendukung hobinya tersebut ia kuliah di pergurua tinggi Istitut teknologi dan ikut berbagai pelatihan berkaitan elektronik.
Pada tahun 2007, Bapak dua anak ini akhirnya memberanikan diri untuk hijrah dan mengadu nasib di Kota Pontianak. Ia bersama istri dan anaknya bertekad untuk membuka usaha sebagiamana hobi dan skill yang ia miliki. Karena mengalami kebangkrutan dari usaha sebelumnya, Subandi berwirausaha kembali hanya bemodal seperangkat alat servis HP saja.
Awal mulanya usaha servisnya, ia bagi hasil dengan pemilik berbagai konter seluler yang ada di kota Pontianak. Satu di antar tempat servisnya di pasar mawar. Seiring waktu berjalan dan ia juga sudah tahu pasaran servis Hp serta keinginanya untuk mandiri dalam berusaha ia memutuskan untuk membuka tempat sendiri. Untuk membuka usaha sendiri, modal menjadi permaslahan utamanya.
Meski modal menjadi masalah utama suami dari Nurita Handayani, hal itu tidak membuat ia habis pikir.
Setelah berfikri panjang ia punya strategi tersendiri dalam berwirausahan. Kegagalan banyak memberikan pelajaran dan ilmu usaha yang kreatif. Di Jalan Danau Sentarum, ada sebuah ruku yang hanya separuh saja terbakar. Ia dan istrinnya melihat ruku tersebut menjadi peluang untuk tempat ushanya. Ia lansung mencari pemilik ruko dan ingin menyewanya. Pemilik ruko agak terkejut dengan keinginanaya karena ingin menyewa ruko yang terbakar.
Subandi menerangkan dengan pemilik ruko akan mengunakan ruko tersebut untuk membuka tempat servis Hp dan membuka pelatihan desain grafis. Akhirnya pemilik ruko menyerahkan ruko tersebut kepadanya dengan sewa seadanya. Subandi dan istrinya pun memperbaiaki dan mengecat ruko tersebut menjadi tempat servis dan pelatihan yang layak. Secara ekonomi, apa yang ia lakukan sangat minim sekali modal yang ia gunakan daripada harus mengontrak ruko yang bagus. Apalagi modal yang ia miliki sangat minim.
Waktu pun berjalan, usahanya juga
lancar banyak yang servis dan peserta pelatihan juga lumayan. Masa sewa ruko telah tiba.
Kembali lagi keterbatasan modal dalam hal sewa tempat membuat ia harus berpikir lebih kreatif lagi. Akhirnya ia punya ide dan itu sangat membantu dia. Dia menyewa ruku yang di mana ruko tersebut oleh pemiliknya dipasang plang dengan tulisan dijual. Dia memperhatikan dan itu betul bahwa ruku yang akan dijual akan baru laku setelah dipasang plang dijual dalam waktu satu tahun dan bahkan lebih. Dengan hal itu, ia berinisiatif lagi untuk menyewa ruko tersebut dengan pemiliknya dengan syarat ia siap pindah jika ada pembelinya. Sang pemilik ruko menyewakan dengan harga jauh lebih murah yaitu Rp. 250000/bulan dengan dalil daripada ruko kosong tanpa pengasilan. Sedangkan jilka ia mengotrak ruko saat itu harus mengeluarkan kocek Rp 20 juta pertahun. Bayangkan berapa keutunggan yang didapat dari strateginya, meskipun dengan resiko sewaktu- waktu ia harus pindahjika ada pembeli.
Di saat ia sudah suskses di dunia pelatihan dan servis. Ia tergiur juga dalam usaha property. Ia tergiur karena cerita teman dan kerabatanya. Ia pun berinvestasi dalam usaha property. Pada awalanya ia mengalami keuntungan fantastik di mana keuntungan penjualan rumah 50. Juta perunit. Ia semakin berani berinvestasi. Namun berhubung bukan jalan ia menuju kesuksesan sejati ia harus rela tertipu oleh pekerja property dan uangya pun dibawa kabur entah kemana. Dengan hal itu ia mengalami kerugian yang lumayan banyak.
Saat ini ia sudah kapok berwirusaha dengan usaha tidak sesuai dunia hobi dan skillnya. Dengan kejadian tersebut ia berkesimpulan untuk usaha harus disesuaiakn hobi dan skill serta strategi.
Meskipun sempat terpurak dan harus memulai lagi dari nol. Subandi terus berusaha bangkit sehingga saat ini ia bisa membuka lagi lembaga pelatihanya dengan nama LPK Flashcomm. Untuk saat ini peserta didiknya sangat banyak hingga 500 orang. Selain itu ia juga ditunjuk oleh beberap instansi pemerintah prov Kalbar untuk menjadi mitra atau pelatih di di setiap kegiatan dinas Tenaga kerja, Dispora dan Dinas Sosial terkait elktronika.
Adapun nama lembaga yang saat ini mengatara ia kembali bangkit adalah LPK Flashcomm di jalan Ampera Kota Baru Pontianak atau di depan Puskesmas Kota Baru.
LPK Flashcomm sebuah lembaga pelatihan dan kursus, yang mencetak SDM manusia Kal-bar yang profesional dalam bidang perbaikan / service elektronika spesialisasi teknisi hp, teknisi laptop, design grafis dan mutimedia printing. Ia membuka program pelatihan untuk umum dan instansi pemerintah serta perusahaan swasta.
LPK Flashcomm juga merupakan salah saatu lembaga pelatihan dan kursus yang sudah mendapat akreditasi B dari Lembaga akreditasi - LPK Kementerian Tenaga kerja Republik Indonesia. dan LPK Flashcomm mempunyai prestasi dalam lomba apresiasi, 2 tahun berturut turut menjadi wakil Kalbar dalam lomba Apresiasi PTK PAUDNI di Jakarta dan Batam
Ada intrik dan taktik agar usahan pada LPK Flashcomm menjadi tempat yang diminati oleh banyak orang/ peserta didiknya.
Hal tersebut antara lain ia mewajibakan seorang peserta didik untuk membawa barang rusak terkait jurusan yang peserta didiknya ambil. Seperti jurusan servis Hp. Peserta harus bawa HP rusak minimal 3 buah, lebih banyak lebaih baik lagi. Dari apa yang ia terapkan tersebut membuat ia tidak perlu membeli barang rusak dan harus mengeluarakan uang dari lemabaganya. Hal terpenting dari itu menurutnya adalah peserta didik selain bisa promosi terhadap dirinya sendiri sebagai calon teknisi ia juga mendapatkan uang dari apa yang ia perbaiki. Uang yang didapat tersebut untuk siswanya. Sebagian besar siswanya bisa dikatakan gratis untuk pelatihan di mana biaya pelatihan sekitar 1.5 juta perorang perpaket bisa ditutupi dengan mereka memperbaiaki barang yang mereka bawa. Barang yang mereka bawa dari orang. Jika itu sudah diperbaiki maka secara otomatis peserta didiknya sebagian besar pasti di beri imbalan oleh pemiliknya. Kembali lagi dari imbalan tersebut bisa membatu peserta didiknya untuk menutupi biaya pelatihanya. (dedi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar