Senin, 26 April 2010

desinain skripsi 2

JUDUL PENELITIAN : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai dalam Organisasi Pemerintah Desa Sendoyan Kecamatan Sejangkung

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Desa dilihat dari sistem pemerintahan Indonesia merupakan ujung tombak dari pemerintahan daerah yang langsung berhadapan dengan masyarakat luas. Citra birokrasi pemerintahan secara keseluruhan akan banyak ditentukan oleh kinerja organisasi tersebut. Kelurahan sebagai instansi pelayanan publik dituntut untuk memperbaiki dan senantiasa melakukan reformasi serta mengantisipasi perkembangan masyarakat yang terjadi. Dalam rangka meningkatkan citra, kerja dan kinerja instansi pemerintah menuju kearah professionalisme dan menunjang terciptanya pemerintahan yang baik (good governance), perlu adanya penyatuan arah dan pandangan bagi segenap jajaran pegawai Pemerintah yang dapat dipergunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melaksanakan tugas baik manajerial maupun operasional diseluruh bidang tugas dan unit organisasi Instansi Pemerintah secara terpadu.
Pada sebuah organisasi pemerintahan, sumber daya manusia terdiri dari pemimpin dan pegawai. Desa Sendoyan Kecamatan Sejangkung kabupaten Sambas merupakan suatu organisasi pemerintah yang memiliki personil / pegawai. Untuk mewujudkan sikap kerja pegawai yang baik, diperlukan berbagai cara yang dapat dilakukan oleh seorang pemimpin suatu organisasi pemerintah, yaitu dengan menggunakan gaya kepemimpinan yang tepat.
Peranan seorang pemimpin penting untuk mencapai tujuan organisasi yang diinginkan termasuk organisasi pemerintahan di Desa Sendoyan Kecamatan Sejangkung terutama berkaitan dengan peningkatan kinerja pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya. Kinerja pegawai merupakan hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi.

Menurut Kerlinger dan Padhazur (2002) faktor kepemimpinan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kinerja pegawai karena kepemimpinan yang efektif memberikan pengarahan terhadap usaha-usaha semua pekerja dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. Gaya kepemimpinan yang efektif dibutuhkan pemimpin untuk dapat meningkatkan kinerja semua pegawai dalam mencapai tujuan organisasi sebagai instansi pelayanan publik. Dengan demikian, gaya kepemimpinan dapat menjadi pedoman yang baik dalam peningkatan kinerja pegawai . Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu diteliti: “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai Dalam Organisasi Pemerintah Desa Sendoyan Kecamatan Sejangkung ”.

1.2. Perumusan Masalah
1. Bagaimana Gaya Kepemimpinan yang diterapkan di Desa Sendoyan Kecamatan Sejangkung dalam pengambilan keputusan?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penerapan Gaya Kepemimpinan kepala desa dalam pengambilan keputusan?
3. Bagaimanakah kinerja pegawai pada pemerintahan Desa Sendoyan Kecamatan Sejangkung ?
4. Bagaimanakah pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai pada pemerintahan Desa Sendoyan Kecamatan Sejangkung ?
5. Bagaimanakah pelayanan pemerintahan Desa Sendoyan Kecamatan Sejangkung yang diberikan kepada masyarakat?

1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi gaya kepemimpinan kepala desa Desa Sendoyan Kecamatan Sejangkung yang diterapkan dalam pengambilan keputusan.
2. Menelaah faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan Gaya Kepemimpinan kepala Desa dalam pengambilan keputusan.
3. Menelaah kinerja pegawai pada organisasi pemerintahan Desa Sendoyan Kecamatan Sejangkung serta pelayanan pemerintahan Desa Sendoyan Kecamatan Sejangkung yang diberikan kepada masyarakat.
4. Menganalisis pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai pada pemerintahan Desa Sendoyan Kecamatan Sejangkung

1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan kepada pihak-pihak terkait, seperti desa, Institusi pendidikan dan mahasiswa selaku peneliti. Bagi Kelurahan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk meningkatkan kinerja pegawai dan pemimpin dapat menerapkan gaya kepemimpinan pada pengambilan keputusan sesuai dengan kebutuhan pegawai dalam memperbaiki kinerja dan produktivitas pegawai, sehingga pemerintahan Desa dapat meningkatkan pelayanannya terhadap masyarakat sebagaimana fungsi desa sebagai instansi pelayanan publik. Bagi pihak akademisi diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti yang ingin mengkaji permasalahan Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai secara lebih mendalam. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini dapat berguna sebagai sarana belajar untuk memahami permasalahan yang menjadi topik kajian.










II. PENDEKATAN TEORITIS
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengertian Dan Definisi Kepemimpinan
Menurut Kerlinger dan Padhazur (1987), kepemimpinan adalah kemampuan tiap pimpinan di dalam mempengaruhi dan menggerakkan bawahannya sedemikian rupa sehingga para bawahannya bekerja dengan gairah, bersedia bekerjasama dan mempunyai disiplin tinggi, dimana para bawahan diikat dalam kelompok secara bersama-sama dan mendorong mereka ke suatu tujuan tertentu. Susilo (1998) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan keseluruhan aktivitas dalam rangka mempengaruhi orang-orang agar mau bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan yang memang diinginkan bersama.
Perkataan pemimpin atau leader memiliki berbagai pengertian. Pemimpin merupakan dampak interaktif dari faktor individu atau pribadi dengan faktor situasi. Karjadi (1983) mendefinisikan pemimpin adalah orang yang mampu menggerakkan orang-orang lain agar orang-orang dalam suatu organisasi yang telah direncanakan dan disusun terlebih dahulu dalam suasana moralitas yang tinggi, dengan penuh semangat dan kegairahan dapat menyelesaikan pekerjaannya masing-masing dengan hasil yang diharapkan. Sedangkan menurut Wahjosumidjo (1984), kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi antara pemimpin, bawahan dan situasi.
2.1.2. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi orang lain seperti yang ia lihat (Thoha, 1993). Kebanyakan orang menganggap gaya kepemimpinan merupakan tipe kepemimpinan. Hal ini antara lain dinyatakan oleh Siagian (2003) bahwa gaya kepemimpinan seseorang adalah identik dengan tipe kepemimpinan orang yang bersangkutan. Wahjosumidjo (1994) mengatakan bahwa perilaku pemimpin dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah sesuai dengan gaya kepemimpinan seseorang. Gaya tersebut adalah sebagai berikut:
1. Gaya kepemimpinan Direktif adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara segala kegiatan yang akan dilakukan diputuskan oleh pimpinan semata-mata.
2. Gaya kepemimpinan Konsultatif adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan oleh pemimpin setelah mendengarkan masukan/saran dari bawahan.
3. Gaya kepemimpinan Partisipatif adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.
4. Gaya kepemimpinan Delegatif adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan.
2.1.3. Kinerja Pegawai
Kinerja dapat diartikan sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam rencana strategi suatu organisasi. Menurut Dessler (1997), kinerja merupakan prosedur yang meliputi (1) penetapan standar kinerja; (2) penilaian kinerja aktual pegawai dalam hubungan dengan standar-standar ini; (3) memberi umpan balik kepada pegawai dengan tujuan memotivasi orang tersebut untuk menghilangkan kemerosotan kinerja atau terus berkinerja lebih tinggi lagi.
Mengenai ukuran-ukuran kinerja pegawai, Ranupandojo dan Husnan (2000) menjelaskan secara rinci sejumlah aspek yang meliputi:
1. Kualitas kerja adalah mutu hasil kerja yang didasarkan pada standar yang ditetapkan. Kualitas kerja diukur dengan indikator ketepatan, ketelitian, keterampilan dan keberhasilan kerja. Kualitas kerja meliputi ketepatan, ketelitian, kerapihan dan kebersihan hasil pekerjaan.
2. Kuantitas kerja yaitu banyaknya hasil kerja sesuai dengan waktu kerja yang ada, yang perlu diperhatikan bukan hasil rutin tetapi seberapa cepat pekerjaan dapat terselesaikan. Kuantitas kerja meliputi output, serta perlu diperhatikan pula tidak hanya output yang rutin saja, tetapi juga seberapa cepat dia dapat menyelesaikan pekerjaan yang ekstra.
3. Dapat tidaknya diandalkan termasuk dalam hal ini yaitu mengikuti instruksi, inisiatif, rajin, serta sikap hati-hati.
4. Sikap, yaitu sikap terhadap pegawai perusahaan dan pekerjaan serta kerjasama.
2.1.4. Pelayanan Masyarakat
Hakikat berdirinya suatu organisasi publik seperti desa adalah bertujuan melayani kepentingan masyarakat di wilayah kerjanya. Pelayanan yang diberikan oleh Kelurahan termasuk dalam bentuk pelayanan umum. Menurut Keputusan Menteri Negara Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003, pelayanan umum adalah segala bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan di lingkungan badan usaha milik negara/daerah dalam bentuk barang atau jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dari definisi pelayanan umum tersebut, dapat dikatakan bahwa Kelurahan merupakan suatu organisasi yang memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat dan pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan sesuai dengan visi, misi, tujuan maupun program yang telah ditetapkan Kelurahan.
Parasuraman dkk (dalam Zeithamil dan Bitner, 1996) mengemukakan indikator- indikator pelayanan masyarakat sebagai berikut
1. Responsiveness atau responsivitas adalah kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan program-program pelayanan sesuai kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
2. Reliability atau reabilitas adalah kemampuan organisasi untuk menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya.
3. Assurance atau kepastian adalah pengetahuan dan kesopanan para pekerja dan kemampuan mereka dalam memberikan kepercayaan kepada customers.
2.1.5. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai
Gaya Kepemimpinan merupakan suatu cara yang dimiliki oleh seseorang dalam mempengaruhi sekelompok orang atau bawahan untuk bekerja sama dan berdaya upaya dengan penuh semangat dan keyakinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Keberhasilan suatu organisasi baik sebagai desa maupun berbagai kelompok dalam suatu organisasi tertentu, sangat tergantung pada efektivitas kepemimpinan yang terdapat dalam organisasi yang bersangkutan. Dapat dikatakan bahwa mutu kepemimpinan yang terdapat dalam suatu organisasi memainkan peranan yang sangat dominan dalam keberhasilan organisasi tersebut dalam menyelenggarakan berbagai kegiatannya terutama terlihat dalam kinerja para pegawainya (Siagian, 1999).
Pemimpin yang terdapat pada organisasi harus memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan bawahannya, yaitu pegawai yang terdapat di organisasi yang bersangkutan, sehingga dapat menunjukkan kepada bawahannya untuk bergerak, bergiat, berdaya upaya yang tinggi untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Akan tetapi hanya mengerahkan seluruh pegawai saja tidak cukup, sehingga perlu adanya suatu dorongan agar para pegawainya mempunyai minat yang besar terhadap pekerjaanya. Atas dasar inilah selama perhatian pemimpin diarahkan kepada bawahannya, maka kinerja pegawainya akan tinggi.
2.2. Kerangka Pemikiran
Berikut ini dikemukakan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini untuk memahami fenomena kepemimpinan pada organisasi pemerintahan desa, khususnya tentang pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawainya. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi gaya Kepemimpinan yang diterapkan seorang pemimpin dalam suatu organisasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan yang diterapkan digolongkan dalam tiga kategori yaitu: faktor karakteristik pemimpin, faktor karakteristik pegawai dan faktor situasi. Gaya kepemimpinan yang digunakan seorang pemimpin memiliki pengaruh terhadap kinerja pegawai.
Untuk kepentingan penelitian ini, kinerja pegawai dipandang sebagai hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai wewenang dan tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan organisasi. Ukuran-ukuran kinerja pegawai ini meliputi kualitas kerja, dan kuantitas kerja.
Kinerja pegawai selain dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpinnya (Lurah), juga dipengaruhi oleh karakteristik pegawai yang bersangkutan serta situasi yang terdapat pada lingkup organisasi. Kinerja pegawai akan berpengaruh terhadap Kinerja Organisasi pelayanan Kelurahan terhadap masyarakat. Alur pemikiran tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

2.3. Hipotesis Pengarah
Untuk kepentingan penelitian ini, sesuai dengan tujuannya diajukan hipotesis pengarah berikut:
1. Diduga faktor-faktor yang secara langsung mempengaruhi gaya kepemimpinan seorang pemimpin/kepala Desa adalah: karakteristik pemimpin, karakteristik pegawai dan situasi di lingkungan organisasi.
2. Diduga terdapat pengaruh antara gaya kepemimpinan yang diterapkan seorang pemimpin/kepala desa dengan kinerja pegawai.
2.4. Definisi Konseptual
Sejumlah definisi konseptual yang menjadi pegangan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kepemimpinan organisasi, dalam hal ini kepemimpinan organisasi Kelurahan adalah kemampuan pemimpin (kepala Desa) untuk memberikan tugas, pengarahan, bimbingan terhadap para pegawai dalam menjalankan tugasnya.
2. Gaya kepemimpinan adalah suatu cara atau pola tindakan, tingkah laku pimpinan secara keseluruhan dalam mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Gaya kepemimpinan berdasarkan arah komunikasi dan cara-cara dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dibedakan menjadi empat kategori yang terdiri dari gaya direktif, gaya konsultatif, gaya partisipatif, dan gaya delegatif.
3. Karakteristik pemimpin adalah kondisi diri seorang pemimpin yang berpengaruh dalam melaksanakan kepemimpinannya, seperti latar belakang pendidikan, pribadi, pengalaman dan nilai-nilai dalam pandangan hidup yang dihayati dan diamalkannya (dipedomani dalam berfikir, merasakan, bersikap dan berperilaku).
4. Situasi adalah situasi dalam interaksi antara pemimpin dengan anggota organisasi sebagai bawahan seperti suasana atau iklim kerja, suasana organisasi secara keseluruhan.
5. Karakteristik pegawai adalah kondisi diri anggota organisasi sebagai pegawai, seperti pendidikan atau pengalaman, motivasi kerja atau berprestasi dan tanggung jawab dalam bekerja.
6. Pegawai adalah seseorang yang bekerja pada suatu lembaga pemerintah.
7. Kinerja pegawai merupakan hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka untuk mewujudkan tujuan organisasi.
8. Kuantitas kerja yaitu banyaknya hasil kerja sesuai dengan waktu kerja yang ada, yang diperhatikan bukan hasil rutin tetapi seberapa cepat pekerjaan dapat terselesaikan.
9. Kualitas kerja adalah mutu hasil kerja yang didasarkan pada standar yang ditetapkan. Kualitas kerja diukur dengan indikator ketepatan, ketelitian, keterampilan dan keberhasilan kerja.
10. Pelayanan masyarakat adalah segala bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi Kelurahan dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.5. Definisi Operasional
Untuk mengarahkan pengumpulan, pengolahan dan analisis data yang bersifat kuantitatif, dalam penelitian dirumuskan sejumlah definisi operasional berikut.
1. Penentuan gaya kepemimpinan yang diterapkan pemimpin (kepala desa) dilakukan pada bidang atau lingkungan kegiatan pengambilan keputusan/ pemecahan masalah berikut
1) Kegiatan yang berkaitan dengan kesejahteraan pegawai.
2) Kegiatan yang berkaitan dengan pendelegasian tugas dari pemimpin (Lurah) kepada pegawai.
3) Kegiatan yang berkaitan dengan pemberian gaji/upah pegawai.
4) Kegiatan yang berkaitan dengan musibah/bencana yang terjadi di lingkungan Kelurahan.
5) Kegiatan yang berkaitan dengan pemberian pelayanan Kelurahan.
Kategori dalam bidang/kegiatan pengambilan keputusan/pemecahan masalah yang dilakukan pemimpin dalam melaksanakan pekerjaan adalah:
1) Gaya Kepemimpinan Direktif, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dilakukan oleh pemimpin.
2) Gaya Kepemimpinan Konsultatif, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dilakukan oleh pemimpin setelah mendengarkan masukan/saran dari bawahan.
3) Gaya Kepemimpinan Partisipatif, pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.
4) Gaya Kepemimpinan Delegatif, pemimpin mendelegasikan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah kepada bawahan.
2. Kinerja Pegawai desa diukur dengan menggunakan dua kelompok indikator yang terdiri dari:
A. Kelompok indikator berdasarkan penilaian pegawai yang bersangkutan.
Kinerja pegawai dinilai dengan sistem skor yang diukur dengan menggunakan indikator kualitas hasil kerja dan kuantitas hasil kerja yang terdiri dari:
a. Ketepatan hasil kerja pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan pekerjaannya.
b. Ketelitian hasil kerja pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan pekerjaannya.
c. Kerapian hasil kerja pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan pekerjaannya.
d. Kebersihan hasil kerja pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan pekerjaannya.
e. Jumlah atau beban pekerjaan yang dapat diselesaikan pegawai.
f. Ketepatan waktu pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan.
B. Kelompok indikator berdasarkan penilaian warga masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan kepada warga masyarakat.
Kinerja pegawai Kelurahan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dinilai dengan sistem skor yang diukur dengan menggunakan indikator yang terdiri dari:
a. Kemudahan masyarakat dalam proses pembuatan KTP/KK dan sebagainya.
b. Masyarakat mudah mengakses informasi mengenai segala bentuk pelayanan yang diberikan Kelurahan.
c. Ketepatan waktu para pegawai dalam menyelenggarakan segala bentuk pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan yang dijanjikan.
d. Kecepatan pegawai dalam menanggapi keluhan masyarakat.
e. Pegawai memberi anjuran, saran, dan informasi secara jelas dan mudah dimengerti oleh masyarakat.
f. Keahlian dan kemampuan pegawai dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat.
g. Jaminan kebebasan bagi masyarakat dari pungutan liar.
h. Kesopanan dan keramahan pegawai dalam melayani masyarakat.
i. Kenyamanan dalam pelayanan untuk masyarakat oleh pegawai.

III. PENDEKATAN LAPANGAN
3.1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan kombinasi pendekatan kuantitatif (metode survei) dan pendekatan kualitatif. Metode survei adalah metode yang mengambil contoh data dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun dan Effendi, 1989). Dengan memadukan kedua pendekatan tersebut diharapkan upaya pemahaman gaya kepemimpinan dalam pengambilan keputusan, faktor-faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan dan pengaruhnya terhadap kinerja pegawai serta pelayanan pemerintahan desa terhadap masyarakat dapat dilakukan secara lebih komprehensif.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sendoyan Kecamatan Sejangkung kabupaten Sambas. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan Berdasarkan hasil studi penjajakan pada bulan Maret 2009 diketahui bahwa Desa Sendoyan Kecamatan Sejangkung telah menjabat lebih dari dua tahun sehingga diharapkan kepemimpinan yang telah dilaksanakannya dapat diteliti secara lebih mendalam.



3.3. Teknik Pemilihan Responden dan Informan
Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan dalam menetapkan responden pegawai desa adalah total sampling, yaitu pengambilan sampel sebesar populasi yang ada. Hal ini mengacu pada pendapat Surakhmad (1989:14) bahwa adakalanya masalah penarikan sampel ditiadakan sama sekali dengan memasukkan seluruh populasi sebagai sampel, yakni semua jumlah populasi itu diketahui terbatas. Berdasarkan hasil studi penjajakan diketahui bahwa populasi seluruh pegawai Desa Sendoyan Kecamatan Sejangkung berjumlah 12 orang. Informan dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai pemerintahan Desa Sendoyan Kecamatan Sejangkung. Disamping itu, untuk mengetahui kinerja pegawai pemerintahan Desa Sendoyan dalam hal pelayanan pemerintahan desa terhadap masyarakat, populasi yang dijadikan sampel adalah warga masyarakat desa RT 02 dan 03 RW 05. Jumlah sampel yang dipilih adalah sebanyak 20 responden yang dipilih secara acak (simple random sampling).
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Data yang akan dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder meliputi data kuantitatif dan data kualitatif. Data primer dikumpulkan dari para responden dan informan. Data primer yang dikumpulkan terdiri dari:
1. Gambaran Gaya Kepemimpinan pada Kantor Desa Sendoyan yang digunakan pemimpin/kepala desa dalam pengambilan keputusan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Gaya Kepemimpinan dalam mengambil keputusan.
3. Kinerja pegawai pemerintahan Desa Sendoyan yang dilihat berdasarkan indikator kinerja pegawai serta pelayanan desa kepada masyarakat.
4. Pengaruh Gaya Kepemimpinan kepala desa terhadap Kinerja Pegawai.

Data sekunder dikumpulkan dari kantor pemerintahan Desa Sendoyan, Dinas Instansi yang relevan dan perorangan, sesuai dengan keperluan data untuk penelitian ini. Data sekunder yang dikumpulkan terdiri dari:
1. Perda, kebijakan-kebijakan pemerintah mengenai kepegawaian terutama berkaitan dengan kepemimpinan desa dan kinerja pegawai.
2. Gambaran umum Desa Sendoyan (kondisi geografis desa, keadaan sosial demografi, dan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kehidupan.
3.5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari kuesioner akan diolah secara kuantitatif. Data kuantitatif diolah dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabulasi silang. Tabulasi silang digunakan untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai. Pengolahan dan analisis data kualitatif dilakukan dengan mereduksi (meringkas) data dengan menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga sesuai dengan keperluan untuk menjawab pertanyaan analisis di dalam penelitian. Data hasil wawancara yang relevan dengan fenomena yang dianalisis, disajikan dalam bentuk kutipan-kutipan. Analisis data kualitatif dipadukan dengan hasil interpretasi data kuantitatif.




















DAFTAR PUSTAKA
Dessler. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Bahasa Indonesia Jilid 2. Jakarta: PT. Prenhallindo.
Ranupandojo, H, Suad Husnan. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE-UGM.
Siagian, Sondang P. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta:LP3ES.
Surakhmad, Winarno. 1989. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar. Bandung: Alumi.
Susilo, Martoyo. 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE-UGM.
Thoha, Miftah. 1993. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers.
Wahjosumidjo. 1984. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.


TUGAS INDIVIDU
“Hubungan antara gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja pegawai pada instansi pemerintah Kecamatan Sejangkung Kabupaten Sambas”
Disusun Oleh :DEDI
NIM : E0117024
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
P O N T I A N A K
2 0 1 0


BAB. I
PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang Masalah

Kecamatan Sejangkung Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat adalah lembaga pemerintahan yang mempunyai tugas sebagai unsur pelaksana daerah bidang pemerintahan di tingkat Kecamatan yang berhubungan dengan usaha peningkatan pelayanan masyarakat.. Didalam perjalananya, Kecamatan kecamatn Sejangkung a telah menunjukkan kemandiriannya dengan kemajuan dan peningkatan pembangunan seiring dengan agenda pembangunan nasional, baik dalam pertumbuhan ekonomi, sosial kemasyarakatan maupun dalam pelayanan kehidupan masyarakat. Disisi lain penerapan pembangunan tersebut juga mengandung risiko yang memerlukan perhatian, antara lain penurunan produktifitas pelayanan masyarakat, sebagai akibat cara kerja aparatur atau pegawai Pemerintah Kecamatan Sejangkung melayani masyarakat.
Dengan kata lain pelayanan masyarakat perlu ditingkatkan bukan saja melalui perbaikan sistem prosedur yang digunakan, tetapi juga yang lebih penting lagi adalah dengan meningkatkan motivasi kerja pegawai instansi pemerintah kecamatan Sejangkung itu sendiri. Oleh sebab itu setiap pimpinan
harus mampu memanfaatkan sumber daya manusia, dalam hal ini adalah para pegawai dalam meningkatkan pelayanan masyarakat. Agar supaya pegawai dapat lebih efektif dalam melakukan tugasnya, maka pimpinan harus memahami situasi dalam organisasi atau instansi pemerintah Kecamatan Sejangkung Kabupaten Sambas. khusunya. Dengan demikian setiap pimpinan perlu mengetahui faktor yang mempengaruhi motivasi kerja pegawai. Salah satu faktor yang yang mempengaruhi motivasi kerja pegawai adalah faktor pimpinan yang dalam hal ini menyangkut gaya kepemimpinan.

1. 2. MASALAH

1. 2. 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas yaitu penurunan produktifitas pelayanan masyarakat sebagai akibat cara kerja aparatur atau pegawai pemerintah Kecamatan Sejangkung Kabupaten Sambas, maka pokok permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini berkaitan dengan motivasi pegawai instansi pemerintah Kecamatan Sejangkung Kabupaten Sambas yang dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan. Secara lebih rinci, pernyataan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada hubungan antara gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja pegawai pada instansi pemerintah Kecamatan Sejangkung Kabupaten Sambas ?
2. Seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja pegawai pada instansi Kecamatan Sejangkung Kabupaten Sambas ?

1. 2. 2. Pembatasan Masalah

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi kerja seorang pekerja/ pegawai menurut A. Mintorogo dan Sedarmayanti ( 1992 ) faktor tersebut antara lain: pimpinan, rekan sekerja, sarana fisik, kebijaksanaan dan peraturan organisasi, kompensasi/ imbalan jasa uang dan atau non uang serta jenis pekerjaan dan tantangan. Dengan melihat banyaknya faktor yang mempengaruhi motivasi kerja pegawai sebagaimana tersebut diatas, maka dalam penelitian ini dibatasi hanya pada faktor pimpinan terutama mengenai gaya kepemimpinan . Untuk itu penelitian dilakukan di instansi pemerintah Kecamatan Sejangkung Kabupaten Sambas.

1. 2. 3. Perumusan Masalah

Gaya kepemimpinan merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi motivasi kerja pegawai. Dengan demikian faktor gaya kepemimpinan berhubungan dengan motivasi kerja pegawai instansi pemerintah Kecamatan Sejangkung Kabupaten Sambas. Berdasarkan uraian diatas dapatlah dirumuskan masalahnya sebagai berikut:



1. Bagaimana hubungan antara faktor gaya kepemimpinan dengan motivasi
pegawai pada instansi pemerintah Kecamatan Sejangkung Kabupaten Sambas?
2. Bagaimana hubungan antara situasi kepemimpinan dengan motivasi kerja
pegawai pada instansi pemerintah Kecamatan Sejangkung Kabupaten Sambas?

1. 3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan pembatasan dan perumusan masalah yang dikemukakan, penelitian ini secara umum ingin melihat hubungan antara gaya kepemimpinan dan situasi kepemimpinan terhadap motivasi kerja pegawai pada instansi Kecamatan Sejangkung Kabupaten Sambas.

1. 4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain adalah:

1. Sebagai bahan masukan bagi pimpinan untuk dapat menyangkutkan motivasi kerja pegawai pada instansi pemerintah Kecamatan Sejangkung Kabupaten Sambas
2. Sebagai bahan masukan atau bahan bagi penelitian yang serupa atau penelitian yang lebih luas sifatnya

1. 5. Hipotesis
Dalam penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Motivasi kerja pegawai instansi pemerintah Kecamatan Sejangkung Kabupaten Sambas lebih tinggi setelah diberlakukannya kebijakan-kebijakan oleh Kepala Pemerintah kecamatan dibandingkan dengan sebelumnya.
2. Ada pengaruh signifikan faktor Gaya kepeimipinan terhadap motivasi kerja
pagawai pemerintah Kecamatan Sejangkung Kabupaten Sambas



1. 6. Metodologi Penelitian

1. 6. 1. Variabel variabel Yang di Teliti

Adapun variabel variabel yang diteliti dalam penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut:
1. Variabel Bebas ( Independent Variable )
Dalam hal ini yang menjadi variabel bebas ( Independent Variable ) adalah gaya kepemimpinan yang dalam hal ini dilambangkan dengan X1
2. Variabel Terikat ( Dependent Variable )
Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi kerja pegawai yang dilambangkan dengan variabel Y

1. 6. 2. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan semua karakter yang mungkin dari obyek yang lengkap dan jelas yang ingin diteliti. Sehingga sasaran yang akan menjadi obyek penelitian ini merupakan keseluruhan karakteristik yang ada dalam instansi pemerintah Kecamatan Sejangkung Kabupaten Sambas. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono; 2005), sehingga sample merupakan bagian dari populasi yang terpilih dan dimaksudkan untuk dapat mewakili populasi penelitian.

1. 6. 3. Tekhnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini yang menitikbertakan pada gaya serta situasi kepemipinan pengaruhnya terhadap motivasi kerja pegawai pada instansi pemerintah Kecamatan Sejangkung Kabupaten Sambas, maka penulis mendapatkan data baik dari instansi terkait maupun diluar instansi tersebut.

1.6.4.Pengumpulan Data Langsung

a. Observasi ( pengamatan/ questioner ), yaitu dengan cara pengumpulan data diperoleh langsung dari perusahaan atau objek yang diteliti.
b. Wawancara/ interview, yaitu mengadakan wawancara secara langsung dengan pihak perusahaan.

1. 6. 5. Pengumpulan Data Tidak Langsung

Merupakan pengumpulan data pendukung yang diperoleh dari lapranlaporan dari instansi pemerintah Kecamatan Sejangkung Kabupaten Sambas dan dengan mempelajari literatur pelengkap berupa buku, jurnal atau dan edisi situs website yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas.tersebut diatas.

1. 6. 6. Tekhnik Pengolahan Data

1. 6. 6. 1 Analisis Kuantitatif
Dengan analisa kuantitatif ini dapat dibuktikan ada atau tidaknya hubungan antara gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai atau sejauh mana pengaruh situasi kepemimpinan terhadap motivasi kerja pegawai. Adapun analisa kuantitatif yang digunakan terdiri atas:

1. 6. 6. 1. 1 Regresi Linier Sederhana
Regresi linier sederhana didasarkan pada hubungan fungsional atau kausal satu variabel independen (gaya kepemimpinan) dengan satu variabel dependen (motivasi kerja pegawai). Persamaan umum regresi linier sederhana adalah:
Y=a+bX
Dimana:
Y = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan
a = Harga Y bila X= 0 (harga konstan)
b = Angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. Bila b(+) maka naik, dan jika (-) maka terjadi penurunan. Rumus yang digunakan untuk mencari a (nilai konstanta) dan nilai (koefisien korelasi) adalah sebagai berikut (Supranto, 1987: 219):

b = ( ) ( )( )
( ) ( )2 ) 2 ΣΧ − ΣΧ
ΣΥ ΣΧ − ΣΧΥ
n
n
a = x b Y −
dimana:
y = n Y / ∑(nilai rata rata variabel Y)
x = n X / ∑(nilai rata rata variabel X)
1. 6. 4. 3. Analisis Koefisien Korelasi
Yaitu uji yang menentukan derajat atau kekuatan korelasi antara motivasi kerja(Y) dengan gaya kepemimpinan (X). Kegunaannya untuk menentukan apakah suatu hipotesa dapat diterima atau tidak. Adapun hasil nilai perhitungan itu cukup berarti atau dapat diperoleh dengan jalan mengadakan uji kebenaran dengan nol
hipotesa dan alternatif Hipotesa.


1. 6. 6.2 . Perhitungan Nilai Koefisien Determinasi

Untuk mengukur seberapa besar bvariabel variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen, maka digunakan koefisien determinasi (R2). Koefisien ini menunjukkan proporsi variabilitas total pada variabel dependen yang dijelaskan oleh model regreso. Nilai R2 berada pada interval 0 ≤ R2 ≤ 1. Secara logika dapat diketahui bahwa makin baik estimasi model dalam menggambarkan data, maka makin dekat nilai R ke nilai 1 (satu). Nilai R dapat diperoleh dengan rumus:
R2 = (r)2 X 100%
Dimana:
R2 = Koefisien determinasi
R = Koefisien korelasi
1. 6. 4. 5. Uji Hipotesis Dengan t- test

Uji hipotesis dengan t-test digunakan untuk mengetahui apakah variable independen memiliki pengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel dependen secara untuk setiap variabel. Rumus yang digunakan untuk mengetahui nilai thitung adalah sebagai berikut:
Rumus Uji Signifikansi (Uji t)
t = ( ) ( ) 2 1 2 − − n ρ ρ
Keterangan:
t = Signifikansi korelasi
ρ = Koefisien korelasi
n = Jumlah Responden
Setelah didapatkan nilai t-hitung melalui rumus diatas, maka untuk
menginterpretasikan hasilnya berlaku ketentuan sebagai berikut:
i. Jika t-hitung > t-tabel, maka Ho ditolak (ada hubungan yang
signifikan)
ii. Jika t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima (tidak ada hubungan
yang signifikan)

Untuk mengetahui t-tabel digunakan ketentuan n-2 pada level of significance ( α) sebesar 5% (tingkat kesalahan 5% atau 0,05) atau taraf keyakinan 95% atau 0,95. Jadi apabila tingkat kesalahan suatu variabel lebih dari 5% berarti variable tersebut tidak signifikan.

1. 6. 7 Deskripsi Kuantitatif

Analisa diskriptif kuantitatif yaitu teknis analisis yang pada dasarnya menggunkan penjelasan-penjelasan serta gambaran umum penjelasan koefisien korelasi yang bersimbol r mempunyai batasan = - 1 < r < 1. artinya bila r = 1, hubungan X dan Y sempurna serta positif atau mendekati 1 hubungan X dan Y sangat erat dan positif. Bila r = - 1 hubungan X dan Y sangat erat dan negetif. Bila r = 0 hubungan X dan Y tidak ada hubungan.
1. 6. .8. Kerangka Analisis
Penerapan sistem gaya kepemimpinan adalah merupakan suatu kebijakan yang mempunyai pengaruh terhadap tingkat motivasi kerja pegawai pada instansi pemerintah Kecamatan Sukmajaya Kota Depok sehingga kinerja dan produktivitas pegawai juga berpengaruh signifikan.

1. 7. Sistematika Skripsi
Untuk memperhatikan memudahkan pemahaman keseluruhan tulisan, maka dalam penulisan ini penulis membagi dan menyusun sistematika skripsi sebagai berikut:
BAB. I PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang pemilihan judul pokok masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, kegunaan penelitian dan metodologi penelitian. Inti pada bab ini adalah menguraikan permasalahan dan pokok-pokok pembahasan sehingga dapat diketahui masalah yang ingin disampaikan dalam tulisan ini.
BAB. II LANDASAN TEORI
Menguraikan landasan teori yang akan mendukung dan berhubungan dengan teori atau gaya kepemimpinan dan motivasi yang akan dijadikan dasar serta perbandingan dalam pemecahan masalah. Bab ini berisikan tentang pengertian kepemimpinan, arti kepemimpinan bagi organisasi/ instansi, pengertian manajemen sumber daya manusia, pengertian motivasi, faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja, analisa regresi dan korelasi.
BAB III. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang berbagai informasi mengenai gambaran umum organisasi. Bab ini berisikan tentang profile singkat instansi, lokasi instansi, struktur organisasi, macam macam job deskripsi, jumlah pegawai, system operasional dan prosedur yang digunakan dalam menjalankan roda organisasi.
BAB IV. ANALISIS PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI
Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian dan sekaligus membahas tentang kepemimpinan atau gaya kepemimpinan, analisa tentang motivasi dan segala hal yang terkait serta analisa regresi dan korelasi.
BAB V. PENUTUP
Bab ini menyimpulkan hasil-hasil dari penelitian maupun pembahasan dari bab sebelumnya serta saran-saran yang diberikan sehubungan dengan penelitian terhadap pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja pegawai pada instansi pemerintah Kecamatan sukmajaya.

Senin, 19 April 2010

manajemen Lingkungan tentang Sampah

TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH SEMENTARA

DILOKASI SEKITAR PASAR

( STUDI KASUS PASAR KEMUNING KOTA BARU PONTIANAK )

Salah satu pekerjaan besar yang membelit kota Pontianak adalah masalah persampahan. Sampah bisa diartikan sebagai konsekuensi adanya aktifitas kehidupan manusia, maka tidak dapat dipungkiri sampah akan selalu ada selama aktifitas kehidupan masih terus berjalan. Setiap tahunnya volume sampah dipastikan selalu bertambah seiring bertambahnya pola konsumerisme masyarakat yang semakin meningkat. Budaya konsumerisme masyarakat saat ini mempunyai andil besar dalam peningkatan jenis dan kualitas sampah.

Sampah senantiasa ada dan jumlahnya akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya berbagai macam aktivitas dan penggunaan suatu materi oleh manusia. Selain menimbulkan aroma bau busuk yang sangat menyengat, sampah juga akan menimbulkan berbagai penyakit dan berbagai macam dampak negatif lainnya bagi manusia yang tentunya akan merugikan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, sampah harus dikelola dengan baik agar nantinya ia tidak menimbulkan dampak negatif bagi kita. Namun sangat disayangkan sekali, hingga saat ini pengelolaan sampah di berbagai tempat dinilai masih sangat kurang memadai. Khususnya adalah pengelolaan sampah di lingkungan Pasar Kemuning Kota Baru.

Orang sekitar pasar atau pelaku pasar seolah – olah tidak merasa tergangu atau risih dengan keberadaanya tempat pembuangan sampah sementara buktinya Tempat pembungan sampah sementara masih ada di lingkungan tersebut tampa adanya protes dari pelaku pasar kepada pemerintah agar di pindahkanya lokasi tempat pembuangan sampah sementara dari lingkungan pasar.

Kalau berfikir logis lagi bahwa dengan adanya tempat pembungan sampah tersebut maka lokasi pasar akan kumuh dan kotor,pasar akan menebarkan bau busuk sampah buangan sehingga dengan dampak yang ditimbulakan maka konsumen atau pemebeli dipasar atau calon pembeli akan berkurang atau berfikir dua kali lagi untuk membeli dipasar kemuning tersebut serta dengan hal tersebut juga akan memberikan citra kepada pemerintahan kota itu sendiri yaitu kurangnya Pemkot dalam penagan hal ini. .

Dampak yang ditimbulkan bukan hanya dirasakan oleh pembeli atau pelaku pasar akan tetapi bagi pengunan jalan yang melewati disekitar pasar sebab selain posisi tempat pembuangan sampah sementara di lokasi pasar akan tetapi berada di pinggir jalan raya sekitar 3 meter dari ruas jalan raya utama.

Dengan hal tersebut sudah selayaknya dan seharunya pemerintah kota Pontianak menangani hal tersebut dengan cepat selaku Pemegang Kebijakan dan hal penaganan itu juga tidak terlepas dari dukungan dan peran masyrakat dalam menjaga agar tidak terjadinya lingkungan yang kotor dari sampah - sampah.

Masalah sampah adalah masalah kita bersama untuk menjaga. Dan mari bersama menjaga linkungan kita agar bersih dan sehat.

BERSIH LINGKUNGANKU SEHAT TUBUHKU

Menejemen pelayanan publik

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk aktivitasnya seperti makan, minum, mandi dan cuci. Derajat pemenuhan kebutuhan air bersih menjadi salah satu indikator kualitas hidup manusia dari segi kesehatan. Kesejahteraan manusia menjadi tidak lengkap tanpa terpenuhinya kebutuhan air bersih. Air bersih adalah ”barang ekonomis“ bukan ”barang bebas“ oleh karena untuk mendapatkannya diperlukan suatu pengorbanan yang bernilai ekonomis.

Penyedia tunggal Penyediaan pelayanan air bersih di kabupaten Pontianak adalah PDAM Kabupaten Pontianak itu sendiri yang berfungsi penyedia kepada masyarakat antara lain, berupa penghematan waktu dalam upaya mendapatkan air bersih (time saving) ¬– di banyak tempat perlu waktu berjam-jam untuk memperoleh air bersih, kenyamanan (amenity benefit), meningkatkan kualitas kesehatan (healthy benefit). Realita keadaan dilapangan yang dirasa masyrakat masih jau sekali dari maksimal,pelayan PDAM itu sendiri dinilai belum mampu memberikan pelayan sesuai fungsi yang seharusnya.Indikator kurang maksimalnya kinerja PDAM Pontianak yang berulang kali terjadi adalah ketidaklancaran distribusi air ke rumah- rumah warga yang mana seringnya macet,kualitas air masih keruh atau belum jernih dan bersih sesuai standar apalagi ketika musim kemarau rasa air akan payau.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka dapat dapat dirumuskan masalah dari presfektif kinerja Pelayanan distribusi PDAM Kabupaten Pontianak yaitu :

1.Faktor – factor rendahnya kinerja pelayanan distribusi air bersih oleh PDAM Kabupaten Pontianak ?

2.Kebijakan apa saja yang dilakukan PDAM Kabupaten Pontianak dalam meningkatkan kinerja distribusi Air ke konsumen (Masyarakat) ?

C. Tujuan.

Adapaun tujuan yang hendak dicapai dalam pembutan makalah ini adalah :

1.Untuk mengetahui Faktor – faktor rendahnya kinerja pelayanan distribusi air bersih oleh PDAM kabupaten Pontianak.

2.Untuk mengetahui Kebijakan apa saja yang dilakukan PDAM kabupaten Pontianak dalam meningkatkan kinerja distribusi air ke konsumen.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Faktor – factor rendahnya kinerja pelayanan distribusi air bersih oleh PDAM Kabupaten Pontianak

Berdasarkan hasil analisis dan fakta terjadi dilapngan terhadap komponen sistem penyediaan air minum khususnya pada kinerja sistem distribusi air minum PDAM Kabupaten Pontianak pelayanannya minim dikarenakan beberapa factor sebagai berikut :

  1. Rendahnya kemampuan pelayanan PDAM Kabupaten Pontianak pelayanan wilayah

Indikator rendahnya kemampuan pelayanan PDAM Kabupaten Pontianak pelayanan adalah :

a. Kondisi prasarana yang mengalami kerusakan mulai dari produksi, transmisi dan distribusi.

b. Ketergantungan PDAM akan suplai energi listrik hanya dari PLN, sedangkan kondisi saat ini sering terjadi pemadaman aliran listrik yang mengakibatkan PDAM tidak dapat beroperasi maksimal (selama 24 jam)

c. Tingkat Kebocoran air yang tinggi (69,05 %) menyebabkan keuntungan operasional menjadi sangat berkurang ditambah lagi dengan tingkat kemampuan penagihan rekening yang rendah (77% tahun 2005)

d. Air baku utama di intake Tanjung Berkat yang saat musim kemarau terganggu oleh salinitas yang tinggi sedangkan intake cadangan yang berada di Sungai Bemban masih tidak dapat beroperasi karena tidak diperbaikinya unit pompa yang ada.

e. Jaringan distribusi saat ini masih belum menjangkau daerah permukiman yang berkembang di area pelayanan wilayah 1 terkait dengan ketidakmampuan berinvestasi. Potensi pelanggan yang ada di luar daerah eksisting tidak dapat dilayani dengan kondisi jangkauan jaringan distribusi yang ada saat ini.

B. Kemampuan Keuangan yang Rendah

Kemampuan Keuangan yang Rendah membuat PDAM Kabupaten Pontianak tidak mampu untuk melakukan investasi guna peningkatan kualitas dan cakupan pelayanannya. Terlihat pada indikator ekonomi diantaranya Curent Ratio, ROE dan ROA yang masih rendah. Rendahnya ekuitas perusahaan menunjukkan PDAM tidak memiliki cukup modal untuk melakukan operasionalnya secara baik. Beban hutang yang masih belum dapat diselesaikan juga memperburuk kondisi keuangan saat ini. Proporsi beban biaya administrasi dan umum dari seluruh biaya yang dikeluarkan menunjukkan bahwa PDAM Kabupaten Pontianak perlu melakukan upaya efisiensi guna mengurangi beban biaya ini.

2. Kebijakan yang dilakukan PDAM Pontianak dalam meningkatkan kinerja distribusi air ke konsumen

Dari hasil analisa dan pembahasan sesuai posisi PDAM saat ini, untuk meningkatkan pelayanan PDAM Kabupaten Pontianak pelayanan wilayah 1 di rumuskan strategi peningkatan baik secara teknis, ekonomi maupun kelembagaan dengan urutan prioritas :

a. Prioritas Pertama :

1) Melakukan penurunan kebocoran secara berkala melalui peneraan/ mengganti meteran air pelanggan dan pipa distribusi yang bocor serta pembenahan instalasi produksi.

2) Melakukan pembenahan sistem produksi dan distribusi sehingga sistem yang ada dapat dioptimalkan sehingga meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi untuk mendukung pelayanan kepada masyarakat.

3) Memanfaat semaksimal mungkin potensi sumber air baku untuk melayani potensi konsumsi pelanggan eksisting maupun pengembangan..

4) Melakukan cut off bunga hutang, penjadwalan kembali hutang PDAM dan memperhitungkan besarnya biaya operasional dan pemeliharaan serta melakukan transparansi mengenai kondisi keuangan PDAM.

5) Mengupayakan perlindungan secara hukum terhadap segala asset PDAM terhadap segala unsur kegiatan yang merugikan pihak PDAM.

b. Prioritas Kedua :

1) Meningkatkan cakupan pelayanan yang akan meningkatkan penjualan air sehingga dapat membantu pemulihan kondisi keuangan PDAM.

2) Melakukan cut off bunga hutang, penjadwalan kembali hutang PDAM dan memperhitungkan besarnya biaya operasional dan pemeliharaan serta melakukan transparansi mengenai kondisi keuangan PDAM.

3) Mengupayakan pendanaan untuk usaha perbaikan/rehabilitasi maupun investasi bagi peningkatan kemampuan sistem penyediaan air bersih yang ada sehingga mampu untuk meningkatkan cakupan pelayanan sesuai dengan perkembangan daerah.

4) Memaksimalkan penjualan dan meningkatkan kemampuan penagihan rekening untuk memaksimalkan pendapatan guna mengatasi peningkatan biaya operasional.

c. Prioritas Ketiga :

1) Menyusun daftar kebutuhan pelatihan pegawai secara berkala.

2) Membuat rencana kerja tiap-tiap unit untuk menentukan prioritas dan sasaran dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan.

d. Prioritas Keempat :

1) Meningkatkan kompetensi dalam melaksanakan tugas operasional SDM PDAM dengan ikut serta dalam program peningkatan kualitas SDM.

2) Meningkatkan kompetensi karyawan untuk mendukung peningkatan kualitas pelayanan guna menjawab tantangan ke depan terkait dengan berlakunya undang - undang perlindungan konsumen.

3) Menjalin koordinasi dengan pihak pelanggan untuk menghindari gejolak akibat kebijakan manajemen yang berkaitan langsung dengan konsumen.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Rendahnya kinerja pelayanan PDAM Kabupaten Pontianak mendasar yang diberikan kepada masyarakat disebabkan oleh sarana dan prasarana baik itu dari produksi,tarsmisi,dan distribusi,Ketergantungan PDAM terhadap suplai Listrik PLN,tingkat kebocoran pipa tinggi,serta hal yang krusial yaitu rendahnya keungan PDAM.

2. Saran

Sesuai dengan hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut :

  1. Melakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah selaku pemilik perusahaan untuk mengusahakan pendanaan untuk peningkatan ekuitas perusahaan dan untuk keperluan investasi. Sumber dana diusahakan dari APBD Kabupaten
  2. Pontianak dan atau APBN untuk tahap perbaikan kondisi eksisting serta investasi tahap awal. Sedangkan untuk tahap selanjutnya dapat mengusahakan sumber dana lain dari pihak ke tiga selain sumber dana dari APBD Kabupaten Pontianak dan atau APBN.
  3. Menyusun Master Plan dan Corporate Plan PDAM Kabupaten Pontianak bekerja sama dengan kalangan berpengalaman baik yang berasal dari institusi pemerintah, swasta maupun perguruan tinggi/akademisi.
  4. Segera mengupayakan penjadualan hutang jatuh tempo maupun pemotongan bunga hutang yang saat ini membebani keuangan PDAM berkoordinasi dengan pemerintah daerah.
  5. Segera merealisasikan rumusan Peraturan Perusahaan serta Standar Operasional dan Prosedur kegiatan di bidang teknik, administrasi dan keuangan untuk kepentingan efektifitas operasional dan efisiensi biaya.
  6. Menyusun kegiatan rinci jangka pendek untuk keperluan penertiban sambungan liar, inventarisasi kondisi jaringan serta fasilitas produksi distribusi untuk upaya perbaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Layla, Anis, M. Shomin A.; Middlebrooks, EJ.; (1978), Water Supply Enggineering Design, Ann Arbor Science Publisher, Inc Michigan USA,

Badan Pusat Statistik, (2003-2004), Kabupaten Pontianak Dalam Angka, BPS Kabupaten Pontianak.

Dirjen Cipta Karya, (1998), Petunjuk Teknis Perencanaan Rancangan Teknik Sistem Penyediaan Air Minum Perkotaan, Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Volume V.

Departemen Dalam Negeri, (1999), Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999, tentang Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum, Departemen Dalam Negeri Jakarta


TUGAS INDIVIDU

“ RENDAHNYA KINERJA PELAYANAN

PDAM KABUPATEN PONTIANAK”

Disusun Oleh :

DEDI

NIM : E0117024

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

P O N T I A N A K

2 0 1 0